Gandeng Dahana, Pupuk Kaltim Bangun Pabrik Bahan Baku Peledak

Wijaya Karya akan menjadi kontraktor pabrik bahan baku peledak dan biaya pembangunan pabrik diperkirakan akan mencapai Rp 958 miliar.

oleh Bawono Yadika diperbarui 27 Okt 2018, 21:00 WIB
Pabrik Kaltim-5 milik PT Pupuk Kaltim. (Foto: Pupuk Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pupuk Kaltim (Persero) bekerja sama dengan PT Dahana (Persero) yakni BUMN di sektor industri bahan peledak untuk membangun pabrik amonium nitrat di kawasan pabrik Pupuk Kalimantan Timur (Kaltim).

Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman mengatakan, nantinya, kapasitas produksi pabrik itu mencapai 75 ribu ton. PT Wijaya Karya (Persero) tercatat sebagai kontraktor dan biaya pembangunan pabrik diperkirakan akan mencapai Rp 958 miliar.

"Sekarang masih tahap negosiasi kontrak antara PT Kaltim Amonium Nitrat (KAN) dan WIKA. Bulan depan sudah bisa ditandatangani tendernya. Kita sudah keluarkan letter of intent (LOI). Rencana pembangunanya kira-kira 3 tahun sudah beroperasi dari sekarang," tuturnya di Bontang, Sabtu (27/10/2018).

Bakir menjelaskan, dengan dibangunnya pabrik ini, Dahana tidak perlu mengimpor sekitar 75.000 hingga 100.000 ton amonium nitrat sebagai bahan baku alat peledak.

Pasalnya selama ini, kata Bakir, Pupuk Kaltim juga telah memproduksi amonium nitrat. Hanya saja produksi itu belum mampu memenuhi kebutuhan Dahana secara keseluruhan.

"Ya kurang bahan bakunya, amoniun nitrat. Jadi gini, kita kerja sama itu dengan Dahana, kebetulan bahan baku peledak itu amonia, amonia itu dibuat oleh Pupuk Kaltim, ada bahan bakunya di sini," ungkapnya.

Adapun sumber pembiayaan dari pembangunan pabrik tersebut berasal dari ekuitas Pupuk Kaltim dan Dahana. Selain itu, juga dilakukan peminjaman dengan beberapa pihak. Lahan untuk pabrik bahan baku peledak ini nantinya sebesar 6 hingga 7 hektare.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pusri Bangun Pabrik Pupuk NPK Senilai Rp 521 Miliar

Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Kementerian Pertanian optimis target produksi padi sebesar 75,13 juta ton pada tahun 2016 dapat tercapai. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Sebelumnya, PT Pupuk Indonesia (Persero), melalui anak usahanya PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) untuk proyek pembangunan NPK Fusion berkapasitas 2 x 100.000 ton per tahun.

Peletakan batu pertama ini disaksikan langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dan serta seluruh jajaran direksi PT Pusri.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Aas Asikin Idat mengatakan, proyek ini dibangun melalui sinergi BUMN. Di mana PT Wijaya Karya (Persero) terpilih sebagai kontraktor dari proyek senilai Rp 521 miliar dengan target selesai pada September 2019. 

Aas menambahkan, dasar pemikiran penambahan kapasitas NPK adalah mengingat potensi pasar NPK di Indonesia yang terbilang masih sangat besar.

Saat ini kata dia, kebutuhan NPK domestik diperkirakan sekitar 9,2 juta ton, sedangkan kapasitas produksi Pupuk Indonesia baru sekitar 3,3 juta ton, dan swasta lainnya baru sekitar 3 juta ton.

“Masih terbuka peluang pasar bagi Pupuk Indonesia baik untuk sektor pertanian maupun perkebunan,” ujar Aas pada 11 Mei 2018.

Sementara itu Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, Mulyono Prawiro mengatakan, pembangunan pabrik NPK Fusion berkapasitas 2 x 100.000 diharapkan dapat memperkuat pasokan pupuk NPK di sektor pangan, perkebunan dan holtikultura terutama untuk wilayah Sumatera.

“Pembangunan pabrik NPK Fusion II berteknologi Steam Fused Granulation merupakan salah satu pengembangan kapasitas pupuk NPK yang dilakukan Pupuk Indonesia Grup”, kata Mulyono

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya