Liputan6.com, Banyumas - Pemerintah Daerah Banyumas, Jawa Tengah menggelontorkan dana besar untuk olahraga. Tujuannya, tentu agar pembinaan atlet bagus dan bermuara pada prestasi maksimal.
Sayangnya, gelontoran dana besar itu tak mesti selalu berbanding lurus dengan prestasi atlet. Seperti di ajang Pekan Olahraga Provinsi atau Porprov Jawa Tengah 2018 misalnya, Banyumas hanya finish di urutan kelima, atau turun dua peringkat dari ajang serupa sebelumnya.
Dari target 100 medali emas, atlet Banyumas juga hanya menyumbang 50 emas atau hanya separuh dari target semula. Capaian yang tentu mengecewakan berbagai pihak.
Melihat kondisi ini, DPRD Banyumas mendesak agar Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI Banyumas diaudit. Pasalnya, dibanding kabupaten atau kota di Jawa Tengah, Banyumas disebut memiliki anggaran terbesar.
Baca Juga
Advertisement
Ketua KONI Banyumas Bambang Setyawan mengakui, prestasi Banyumas turun. Tetapi, ia mengklaim jumlah medali tak serta merta disimpulkan sebagai kegagalan tata kelola olahraga Banyumas.
Dia berkilah penurunan perolehan medali di Porprov Jateng 2018 ini disebabkan oleh banyaknya atlet junior di Banyumas. Kematangan atlet menurut dia adalah salah satu faktor penentu keberhasilan di lapangan. Di sisi lain, regenerasi menurut dia adalah hal mutlak dalam olahraga.
Dia menjelaskan, saat ini jumlah atlet junior lebih banyak dibanding senior, dengan komposisi kisaran 70 persen berbanding 30 persen. Sebab itu, ia menilai prestasi ini sudah cukup baik.
“Jangan lupa kita selain 50 emas secara total dapat 166 medali. Berarti ada 166 atlet kita yang masuk final. Saya harap jangan hanya dilihat dari medali emasnya saja,” kata Bambang, ketika menjelaskan perolehan medali atlet Banyumas di Porprov Jateng 2018.
Pembinaan Jangka Menengah dan Panjang
Bambang pun membantah KONI Banyumas mendapat anggaran Rp 28 Miliar. Menurut dia, yang benar KONI menerima anggaran sebesar Rp 26,8 Miliar.
Dana itu lebih banyak digunakan untuk sarana prasarana olahraga yang mendukung pembinaan atlet. KONI Banyumas kini telah menggelontorkan sebesar Rp 16 Miliar yang langsung diterimakan ke masing-masing Pengcab.
Sisa Rp 10 Miliar itu rencananya akan digunakan untuk bonus peraih medali di Porprov Jateng 2018 dan pembinaan olahraga yang terus dilakukan.
Menurutnya, Rp 26,8 Miliar itu bukan lah anggaran Porprov semata. Lebih dari itu, anggaran tersebut digunakan untuk pembinaan olahraga. Alokasi sarana dan prasarana menjadi yang paling besar.
“Salah kalau mengatakan anggaran itu untuk Porprov. Karena kita ada pembinaan jangka menengah dan panjang,” dia menerangkan.
Terkait informasi adanya pembelian alat bekas pada cabang olahraga aeromodelling, Bambang menjelaskan bahwa ada tim yang menilai kans perolehan medali tiap cabang olahraga. KONI Banyumas melihat bahwa cabang aeromodeling bukan lah cabang yang diyakini mendapatkan medali emas.
KONI pun mesti memprioritaskan cabang olahraga yang memiliki kans tinggi perolehan medali. Salah satunya, panjat tebing yang diyakini mampu berprestasi maksimal. Namun, sayangnya target itu pun meleset.
“Kita punya atlet Asian Games. Itu pun hanya dapat satu medali emas. Kita nanti akan evaluasi secara menyeluruh di masing-masing Pengcab. Kendala apa yang dihadapi,” dia menambahkan.
Advertisement
KONI Banyumas Siap Diaudit
Meski begitu, Bambang tetap mengapresiasi para atlet, pelatih dan pengurus masing-masing Pengcab yang menurutnya sudah berjuang maksimal. Bagi dia perolehan medali yang tak sesuai ekspektasi bukan lah akhir dari segalanya.
“Kita tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Kita evaluasi dan ini adalah tanggung jawab kita bersama,” imbuhnya.
Dia pun meminta maaf kepada masyarakat Banyumas yang telah mendukung dan berharap agar Banyumas berprestasi tinggi di Porprov Jateng 2018. Ia optimis atlet Banyumas akan berprestasi di ajang lain seiring matangnya usia atlet dan perbaikan yang terus dilakukan di Banyumas.
Bambang juga menyatakan siap diaudit terkait penggunaan anggaran dan sisi manajerial. Dia mengklaim, seluruhnya dikerjakan secara profesional dan bisa dipertanggungjawabkan.
Sebelumnya, sejumlah anggota DPRD Banyumas mendesak agar KONI Banyumas diaudit menyusul jebloknya prestasi atlet di Porprov Jateng 2018. Sebab, prestasi atlet Banyumas di Porprov Jateng 2018 mengecewakan.
Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas, Yoga Sugama menegaskan audit ini harus dilakukan untuk memastikan penggunaan anggaran bisa dipertanggungjawabkan. Audit juga mesti dilakukan terkait kinerja KONI sebagai lembaga yang memayungi masing-masing cabang olahraga dan pengguna anggaran.
“Kita tidak ingin dengar alasannya ini itu, sudah latihan setiap hari. Outputnya itu kan kejuaraan,” ujar Yoga.
Dia pun mengaku sempat mendengar selentingan bahwa atlet senior Banyumas banyak yang pindah ke daerah lain. Perpindahan itu menurut dia juga harus bisa dijelaskan oleh KONI.
“Kenapa bisa pindah, ada apa ini?” demikian, Yoga mempertanyakan.