Tampil Garang, Megadeth Tepati Janji di Jogjarockarta 2018

Megadeth berhasil menghipnotis penggemarnya di Jogjarockarta 2018.

oleh Edu Krisnadefa diperbarui 28 Okt 2018, 08:00 WIB
Megadeth menggebrak Jogjarockarta di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10). (Rajawali Indonesia Communications)

Liputan6.com, Yogyakarta - Dengan balutan serbahitam, menyandang gitar model flying V, Dave Mustaine tampak angkuh melenggang ke panggung Jogjarockarta, Sabtu (27/10) malam. Saat sinar lampu menyala merah, rambut pirang dedengkot Megadeth itu pun begitu mencolok.

Tanpa basa-basi, Mustaine, yang bertindak sebagai gitaris rangkap vokalis Megadeth, bersama Kiko Loureiro (gitar), Dave Ellefson (bass), dan Dirk Verbeuren langsung menggebrak dengan lagu "Hangar 18". Tak pelak sekitar 15 ribu penonton yang memadati Stadion Kridosono, Yogyakarta pun langsung berjingkrakkan.

"Welcome to our fortress tall...I'll take some time to show you around....."

Lagu yang diambil dari album Rust in Peace (1991) itu memang selalu pas, dijadikan pembuka konser band asal Amerika Serikat ini. Begitu juga di pesta rock yang dipromotori Rajawali Indonesia Communication dan disponsori Bank Jateng ini.

Seperti ada aura magis dalam lagu yang bercerita tentang konspirasi politik ala Amerika itu, yang membuat fans Megadeth langsung blingsatan, berjingkrak-berjingkrak mengikuti riff-riff gitar Mustaine dan Kiko.

Selanjutnya, Megadeth pun seperti memanjakan penonton dengan membawakan lagu-lagu "signatured" mereka. Nomor-nomor "klasik" yang terus dipuja para penggemarnya.

"The Conjuring", "Wake up Dead", "In Mya Darkest Hour", "Sweating Bullets", sampai "Dawn Patrol" diluncurkan nyaris tanpa jeda. Tak lupa mereka juga memainkan lagu-lagu dari album terakhir mereka, Dystopia, yang dirilis tahun 2016 lalu. Sebut saja "The Threat is Real", "Dystopia", dan nomor instrumental "Conquer or Die".

 

 


Komunikasi Mustaine

Dedengkot Megadeth,Dave Mustaine saat beraksi di Jogjarockarta di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10). (Rajawali Indonesia Communications)

Di sela-sela penampilan, Mustaine sempat mencoba berkomunikasi dengan penonton. Setelah mengucap salam, dia mengatakan bahwa tampil di Indonesia adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi mereka.

"Kami datang jauh-jauh dari Amerika hanya untuk memainkan satu konser. Itu bukti betapa berartinya Anda semua bagi kami," ujar Mustaine yang langsung disambut meriah penonton.

Konser Megadeth di panggung Jogjarockarta ini memang istimewa. Selain perayaan 35 tahun berdirinya grup ini, konser di Yogyakarta juga merupakan konser terakhir, selama tiga tahun tur album Dystopia.

Tak heran, Mustaine dan kawan-kawan pun begitu bersemangat. Mereka menepati janji untuk memberikan penampilan maksimal bagi publik Jogjarockarta.

Tak heran juga, Mustaine tampak begitu semringah di atas panggung. Tak jarang dia mempertontonan mimik dan gesture jenaka saat bernyanyi.

Konser Megadeth juga semakin lengkap dengan kehadiran maskot mereka, Vic Rattlehead. Sosok "tengkorak hidup" itu beberapa kali muncul, dan bahkan juga sesekali bertindak jenaka.


Berakhir Klimaks

Tensi makin panas tatkala memasuki pertengahan konser. Saat lagu-lagu pamungkas seperti "A Tout Le Monde", "Symphony of Destruction", serta "Peace Sells" dibawakan, suasana di lapangan Kridosono pun semakin riuh.

Di tengah lautan massa, bahkan sejumlah penoton melakukan crowd surfing membuat suasana semakin panas. Dave Mustaine dan kawan-kawan sempat meninggalkan panggung usai lagu ke-16, "Peace Sells". Lampu dipanggung pun dimatikan.

Namun, tak lama mereka kembali muncul membawakan lagu yang dinantikan penonton, "Holy Wars... The Punishment Due". Lagu yang diambil dari album Rust in Peace ini pun membuat massa seperti kesetanan, beranyanyi bersama, berjingkrak bersama.

Megadeth memang menutup konser mereka dengan klimaks. Lagu-lagu yang mereka mainkan, semuanya "dimakan" penonton, tepat seperti ekspektasi mereka. Janji Megadeth telah ditepati, penonton pun ke rumah dengan senang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya