Jokowi: Jangan Terlena dengan Hasil Survei

Jokowi meminta anggota tim kampanye kerja keras dalam mengkampanyekan pasangan capres cawapres nomor urut 01.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Okt 2018, 12:52 WIB
Presiden Joko Widodo saat berpidato dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). Jokowi mengaku mengacu pada kebijakan Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara kelahiran internet. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden Joko Widodo atau Jokowi berpesan kepada tim kampanye agar tidak besar kepala meskipun sejumlah lembaga survei menyatakan, elektabilitasnya bersama Cawapres Ma'ruf Amin unggul dari lawannya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

"Jangan itu dipakai untuk menjadikan kita terlena. Saya sampaikan bahwa survei-survei itu harus menjadi koreksi mana yang kurang, menjadi evaluasi mana yang harus diperbaiki. Harus menjadi evaluasi dan koreksi bagi seluruh tim," ujar Jokowi usai memberikan arahan pada Rakernas di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (28/10/2018).

Jokowi meminta anggota tim kampanye kerja keras dalam mengkampanyekan pasangan capres cawapres nomor urut 01.

"Semuanya harus kerja keras, jangan terlena dengan yang namanya survei. Semua harus tetap kerja," tegas dia.

Selain itu, Jokowi mengaku tak memiliki daerah tertentu yang menjadi fokus suara. Semua daerah bakal menerima perlakuan sama.

"Seluruh daerah, provinsi, kabupaten, kota, sama. Di-treatment dengan hal yang sama," pungkas dia.

Sebelumnya, hal senada juga disampaikan Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Amin, Erick Thohir dan Ketua Dewan Pengarah Jusuf Kalla. Keduanya memperingatkan bahwa jangan terlalu optimis dengan survei.


Timses Harus Belajar dari Kekalahan

Sejumlah hasil survei menyatakan pasangan Jokowi-Ma'ruf Aminmengungguli Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Jusuf Kalla pun mengingatkan timses untuk tak terlena dengan hasil tersebut.

Wakil Presiden RI yang karib disapa JK itu mencontohkan peristiwa Brexit dan kemenangan Donald Trump pada Pemilu AS 2016.

"Sembilan puluh persen orang Amerika mengatakan bahwa Hillary yang memang. 90 persen orang Inggris bilang Brexit akan kalah. Tapi terjadi sebaliknya, kenapa? Pertama terlalu optimis," kata JK saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) TKN Jokowi-Ma'ruf di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 27 Oktober 2018.

Orang-orang yang berpikir akan menang itu, sambung JK, merasa tak perlu datang ke tempat pencoblosan. Akhirnya yang terjadi malah sebaliknya.

"Tapi efeknya yang terjadi adalah karena dia kira menang, tidak pikir TPS. Jadi generasi muda pergi liburan, yang nyoblos 40 tahun ke atas," ujar Jusuf Kalla.

Faktor lainnya adalah Trump membangkitkan semangat pemilihnya dengan sentimen antiimigran dan semacamnya. Sementara, pendukung Hillary yang besar kepala merasa sudah menang tak bekerja maksimal.

"Kita harus tetap kerja keras. Harus berpendapat ini 50-50, akhirnya Anda bekerja tidak terlalu serius karena yakin menang dan akhirnya orang tidak datang ke TPS," tegas JK.

Ia juga mencontohkan hasil Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kalah meski dalam sejumlah survei tingkat kepuasannya tinggi.

"Hasil survei jangan terlalu jadi bahan. Di DKI juga begitu. Jangan terlalu optimisme. Tapi kasih juga peringatan-peringatan sehingga pemilih kita betul-betul datang ke TPS," JK memungkasi.

 

Reporter: Ahda Bayhaqi

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya