Liputan6.com, Jakarta - PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) atau Passpod akan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham Senin (29/10/2018).
Perseroan akan catatkan saham perdana dengan kode saham YELO. Mengutip laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perseroan menawarkan saham sebanyak 130 juta unit saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Harga saham perdana yang ditawarkan Rp 375 per saham. Total dana yang diraup dari IPO sebesar Rp 48,75 miliar. Dana hasil IPO akan digunakan untuk pengadaan billing management system, perangkat SIM bank, research dan development serta modal kerja.
Baca Juga
Advertisement
Perseroan telah menawarkan saham pada 18-22 Oktober 2018, penjatahan dilakukan pada 24 Oktober 2018, pengembalian uang pemesanan dan distribusi saham dan waran secara elektronik pada 26 November 2018. Pencatatan saham dilakukan pada 29 Oktober 2018.
Selain menawarkan saham, perseroan juga menerbitkan waran dengan harga pelaksanaan waran Rp 500. Waran yang diterbitkan sebanyak 78 juta waran yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak 33,91 persen dari total jumlah saham yang ditempatkan atau disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran.
Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif pemegang saham baru. Setiap pemegang lima saham baru berhak memperoleh tiga waran seri I. Waran seri I mempunyai jangka waktu pelaksanaan tiga tahun.
Akhir perdagangan waran seri I di pasar regular dan negosiasi pada 25 Oktober 2021 dan pasar tunai pada 28 Oktober 2021. Yang bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam rangka IPO antara lain PT Sinarmas Sekuritas. Sedangkan penjamin emisi efek adalah PT Jasa Utama Capital dan PT Erdikha Elit Sekuritas.
Seperti diketahui, perseroan merupakan salah satu perusahaan rintisan yang termasuk dalam binaan IDX Incubator sejak Februari 2018.
BEI Targetkan 35 Perusahaan IPO pada 2019
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) yakin target 35 perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) pada 2019 bakal tercapai.
Itu disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Kamis, 25 Oktober 2018.
Dia menyatakan, secara historis, pada tahun politik, perusahaan tercatat menunjukan tren penurunan. Meski demikian, momentum pemilu diyakini mampu mengkerek perusahaan untuk melakukan IPO.
"Justru target 35 perusahaan ini tidak kita turunkan karena memang kita ingin tunjukkan kita optimistis. Jadi kita yakin ada harapan baru yang kita harapkan dengan adanya election," ujar dia di Gedung BEI.
BEI berencana meluncurkan layanan Electronic Book Building (EBB). Tujuannya antara lain adalah agar proses pembentukan harga saham bagi perusahaan-perusahaan yang akan melakukan IPO bisa dilakukan secara elktronik.
"Jadi kita harapkan curved dari pricing yang terbentuk bisa lebih objektif. Pas demandnya naik, supply-nya bisa terakomodasi," papar dia.
Tak hanya itu, pada RUPSLB ini, BEI menargetkan pendapatan pencatatan obligasi menjadi 100 emisi obligasi korporasi baru di tahun depan.
Melalui akselerasi pengembangan, BEI juga menargetkan sebanyak 60 perusahaan tercatat akan melakukan pencatatan tambahan (right issue dan saham bonus) di 2019.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement