Serangan Udara Israel di Perbatasan Gaza, 3 Pemuda Palestina Tewas

Sebanyak tiga orang dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel di kawasan perbatasan Gaza.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Okt 2018, 10:01 WIB
Warga memeriksa kerusakan akibat serangan udara ISrael di Jalur Gaza, Palestina (27/10). Israel mebombardir ke sejumlah titik di Jalur Gaza, termasuk beberapa di antaranya diyakini sebagai markas Hamas. (AP Photo/Khalil Hamra)

Liputan6.com, Gaza - Tiga orang pemuda Palestina dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di daerah perbatasan antara Negeri Zionis dan Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina, yang dikuasai Hamas di Gaza, mengatakan ketiga korban tewas merupakan remaja laki-laki berusia antara 12-14 tahun. Mereka meninggal di dekat kota Khan Younis.

Dikutip dari BBC pada Senin (29/10/2018), Israel mengatakan para pemuda Palestina itu disebut mencoba menanam alat peledak di dekat pagar perbatasan di Gaza selatan.

Palestina di Gaza telah melakukan protes mingguan di sepanjang perbatasan dengan Israel sejak bulan Maret.

Protes-protes itu, yang diatur oleh penguasa militan Hamas di wilayah terkait, digelar untuk mendukung hak para pengungsi Palestina dalam upaya kembali ke tanah leluhur mereka di tempat yang sekarang disebut Israel.

Lebih dari 200 warga Palestina --sebagian besar turut dalam aksi unjuk rasa-- telah tewas oleh pasukan Israel sejak protes dimulai, menurut Kementerian Kesehatan PBB dan Hamas di Gaza.

Di lain pihak, satu tentara Israel ditembak mati oleh seorang penembak jitu Palestina.

Israel mengatakan pasukannya hanya melepaskan tembakan untuk membela diri dan melawan para penyerang, yang mencoba menyusup ke Negeri Zionis di tengah-tengah aksi protes.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Israel Tunda Penggusaran Desa Palestian

Kepulan asap membumbung setelah serangan udara Israel menghantam Jalur Gaza, Palestina, (27/10). Serangan terjadi setelah bentrokan sengit di garis perbatasan yang menyebabkan empat warga Palestina tewas dan 232 lainnya terluka. (AP Photo/Adel Hana)

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada 20 Oktober 2018 waktu setempat, menunda penggusuran paksa satu desa Palestina yang dihuni suku Bedouin di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel, kata seorang pejabat pemerintah.

Nasib Desa Khan al-Ahmar telah mengundang keprihatinan internasional saat Israel mengatakan rencana untuk menggusur desa itu --sebuah kamp yang ditinggali 180 orang-- pada September 2018 lalu.

Penduduknya, didukung oleh para aktivis asing yang telah berkumpul di lokasi itu, telah menunggu buldoser yang bisa datang sewaktu-waktu sejak tenggat akhir penggusuran pada 1 Oktober 2018.

Israel telah memerintahkan para penduduk untuk menggusur rumah mereka sendiri usai tenggat waktu itu lewat.

"Kami akan waspada dan siap untuk menghadapi penggusuran sampai berita (mengenai penundaan) telah dikukuhkan," kata Walid Assaf, seorang Menteri Otoritas Palestina, seperti dikutip dari Voice of America.

Rencana pengusiran itu tadinya termasuk relokasi ke sebuah wilayah sekitar 12 kilometer dari lokasi awal, dekat dengan sebuah tempat pembuangan.

Tapi seorang pejabat di kantor PM Benjamin Netanyahu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa sebuah rencana relokasi alternatif sedang dipelajari, berkoordinasi dengan Otoritas Palestina.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya