Pertumbuhan NIM Tertekan, Bank Genjot Pendapatan Non Bunga

Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat menurun pada kuartal III 2018.

oleh Bawono Yadika diperbarui 29 Okt 2018, 10:39 WIB
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Bontang - Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) di beberapa bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tercatat menurun pada kuartal III 2018.

Mengacu pada laporan keuangan kuartal III 2018, penurunan NIM terbesar dibukukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebesar 40 basis poin (bps) menjadi 7,61 persen.

Direktur Utama BRI, Suprajarto, menuturkan, turunnya NIM  disebabkan kenaikan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang telah mencapai 150 bps menjadi 5,75 persen. 

"Biaya bunga simpanan naik, tapi tidak diikuti secara otomatis suku bunga pinjaman. Karena penyaluran kredit kita kan kecil-kecil, jadi enggak mungkin yang kecil-kecil kita naikin, NIM-nya otomatis langsung ke geret ke bawah," tutur dia di Bontang, Kalimantan Timur, seperti ditulis Senin (29/10/2018).

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo dan Direktur Utama BTN Maryono menyatakan sependapat. Mereka menilai, NIM perbankan dipastikan turun jika tidak diikuti kenaikan bunga kredit merespons suku bunga BI.

"NIM turun karena memang kita likuiditas ketat dan bunga acuan BI meningkat," ujar Kartika. 

"Suku bunga BI itu naik, otomatis kita naikkan pricing bunga, sedangkan kredit kita belum menaikkan, sehingga antara pendapatan bunga dan biaya bunga itu lebih cepet kenaikan biaya bunga,"  kata Maryono.

 


Target Bank

Ilustrasi Bank

Melihat yang terjadi, Suprajarto menjelaskan, perseroan kini mencari sumber laba dari pendapatan non bunga (fee based income/FBI). Kata dia, perseroan menargetkan pendapatan non bunga sebesar Rp 11,8 triliun pada 2018

"Jadi memang justru yang kita dorong nanti bukan interest margin lagi, tapi fee base nanti, Kita akan bikin platform yang terkait dengan fee base, akan kita dorong terus," ujarnya. 

Maryono menyebutkan, NIM akan didorong dengan mencari pendapatan bunga non promo, pendapatan kredit non subsidi, serta meningkatkan kredit komersil sebesar 0,25 persen.

"Pendapatan bunga kita punya portofolio 85 persen dari KPR subsidi. Kapanpun bunganya tidak akan dinaikan karena itu adalah program pemerintah," ujar dia.

Adapun Kartika Menargetkan, fee based income perseroan dapat tumbuh 11 hingga 12 persen sampai akhir tahun. "Kita fee based sudah tinggi, 30,5 persen dan yang penting bisa tumbuh di atas 10 persen, 11 persen atau 12 persen lah," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya