Liputan6.com, Jakarta - PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) atau Passpod baru saja mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (29/10/2018).
Startup atau perusahaan rintisan yang bergerak di penyewaan wifi dan modem bagi para traveler ini akan memakai 70 persen dana yang terkumpul untuk research and development (R&D).
Fokus tersebut didasarkan pada kebutuhan para traveler yang semakin meningkat. Passpod prediksi jumlah traveler akan tumbuh besar di 2021 mendatang.
Baca Juga
Advertisement
"Jumlah outbound traveler Indonesia akan terus berkembang diprediksi mencapai jumlah 10,6 juta orang di tahun 2021. Dengan memaksimalkan potensi big data, bisnis Passpod bisa memberi layanan maksimal serta berbagai rekomendasi kepada traveler Indoensia tidak ahnya saat persiapak tetapi juga selama perjalanan," ujar CEO Passpod Hiro Whardana, Senin (29/10/2018).
Startup ini juga yang pertama dari program inkubator IDX yang melantai di bursa. Hiro pun mengaku senang melihat banyaknya investor-investor baru di kalangan anak muda.
Beberapa fitur yang dikembangkan Passpod untuk para traveler adalah penjualan destinasi wisata on-the-spot, itinerary builder, e-commerce, dan asuransi perjalanan. Rencana ekspansi kelima negara, yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Myanmar, Korea Selatan juga sedang dieksplorasi.
Passpod memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 165 miliar di tahun 2022. Laba bersih ditargetkan Rp 15,3 miliar serta proyeksi rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sebesar 109.99 persen.
"Di tahun 2022 Passpod berencana menjadi ekosistem on-demand berbasis aplikasi yang menawarkan berbagai kebutuhan yang relevan bagi traveler selama bepergian," ucap Hiro.
BEI Targetkan Pendapatan Tumbuh 11,69 persen pada 2019
Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan total pendapatan yang akan diperoleh pada 2019 sebesar Rp 1,138 triliun atau meningkat 11,69 persen dibandingkan total pendapatan rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) 2018-Revisi senilai Rp 1,019 triliun.
Adapun peningkatan proyeksi itu disebabkan perkiraan ada penambahan pada pos pendapatan usaha sebesar 11,25 persen.
Direktur Utama BEI, Inarno Djayadi, menambahkan proyeksi atas biaya usaha BEI pada 2019 adalah sebesar Rp 936,6 miliar, sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp 201,27 miliar.
"Itu setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp 64,65 miliar maka perkiraan perolehan laba bersih BEI di tahun 2019 adalah sebesar Rp 136,62 miliar," tutur dia di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Gedung BEI, Kamis, 25 Oktober 2018.
Inarno melanjutkan, total aset BEI pada 2018 diproyeksikan sebesar Rp 2.773 miliar atau naik 4,74 persen dari RKAT 2018-Revisi yang berjumlah Rp 2.647 miliar.
Saldo akhir kas dan setara kas, termasuk investasi jangka pendek di 2019 diproyeksikan mencapai Rp 809,18 miliar. Sebagai informasi, pada RUPSLB Kamis siang ini, BEI secara aklamasi menyetujui pengangkatan Komisaris Perseroan untuk mengisi jabatan anggota Dewan Komisaris yang lowong yaitu M. Noor Rachman sebagai komisaris yang baru.
Pada saat ini, Noor Rachman tercatat menjabat sebagai komisaris utama PT Maybank Asset Management, komisaris utama PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI), dan komisaris utama emiten properti PT Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk (RBMS).
Ada keputusan RUPSLB itu, jajaran komisaris BEI saat ini terdiri dari John Aristianto Prasetio, Garibaldi Thohir, Hendra H. Kustarjo, dan Lydia Trivelly Azhar.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement