Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Selasa pekan ini.
Mengutip Bloomberg, Selasa (30/10/2018), rupiah dibuka di angka 15.230 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.222 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.230 per dolar AS hingga 15.241 per dolar AS. jika dihitung dari awal tahun, rupiah telah melemah 12,41 persen.
Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, mengatakan bahwa mata uang dolar AS cenderung menguat terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah disebabkan berlanjutnya koreksi yang terjadi di pasar saham AS.
Baca Juga
Advertisement
"Koreksi yang terjadi di pasar saham AS itu mendorong investor memindahkan investasinya ke aset berdenominasi dolar AS seperti obligasi," katanya dikutip dari Antara.
Penguatan dolar AS itu, lanjut dia, berimbas negatif ke pasar valas domestik sehingga mendorong pelemahan nilai tukar rupiah pada hari ini. Rupiah diproyeksikan akan bergerak di kisaran level 15.200 per dolar AS hingga 15.250 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan pergerakan rupiah tampaknya belum banyak mengalami perubahan dimana masih berada di level 15.200 per dolar AS.
"Masih belum adanya sejumlah sentimen positif yang dapat direspons oleh pelaku pasar membuat laju rupiah cenderung melanjutkan pergerakan melemahnya," katanya.
Ia menambahkan adanya penilaian likuiditas perbankan kian semakin ketat turut menahan pergerakan mata uang rupiah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ekonom: Rupiah Melemah, Pemerintah Mesti Disiplin Kelola Anggaran
Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan rupiah tembus 15.200 per dolar.Meski demikian, ekonomi Indonesia saat ini dinilai masih kuat.
Kondisi ekonomi Indonesia pada 2018 berbeda dengan 1998 meski nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini ditopang sistem keuangan Indonesia jauh lebih baik.
Hal itu disampaikan Ekonom Senior Raden Pardede saat dihubungi Liputan6.com.
"Kondisi seperti 1998 tidak akan terjadi. Punya keyakinan ekonomi kita jauh lebih baik. Mesin ekonomi dan sistem perbankan sudah jauh lebih baik," ujar Raden.
BACA JUGA
Raden menuturkan, kondisi sistem perbankan jauh lebih baik dilihat dari tata kelola perbankan dibandingkan pada 1998. "Pemilik dengan pengelola sudah terjadi pemisahan yang ketat,”"kata dia.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurut Raden dalam mengawasi perbankan juga lebih baik. Ini ditunjukkan dari penyaluran kredit. "Bank tidak bisa salurkan kredit ke perusahaan sendiri. Dulu jantung tidak berfungsi dengan baik yaitu perbankannya," ujar dia.
Meski demikian, Raden mengingatkan agar pemerintah dan Bank Indonesia tetap waspada. Pemerintah dinilai harus disiplin dalam mengelola anggaran.
Advertisement