TNI AL Perluas Area Pencarian Korban Pesawat Lion Air hingga Radius 2 Km

Kasatgas TNI AL Mayor Kurnia Hendra mengatakan, derasnya arus bawah laut bisa menggeser potongan badan pesawat maupun korban Lion Air ke area lain.

oleh Abramena diperbarui 30 Okt 2018, 15:21 WIB
Tim SAR gabungan akan memperluas titik pencarian korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjungpakis, Karawang. (Liputan6.com/Abramena)

Liputan6.com, Karawang - TNI AL, Badan SAR Nasional (Basarnas) dan Polri akan memperluas titik pencarian korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di Perairan Tanjung Pakis, Karawang. Itu dilakukan karena arus bawah laut di perairan tersebut semakin deras.

Kasatgas TNI AL Mayor Kurnia Hendra mengatakan, derasnya arus bawah laut bisa menggeser potongan badan pesawat maupun korban Lion Air ke area lain.

"Sekitar kedalaman 30 meter memang kendalanya adalah arus bawah sangat deras, dan kemudian pergerakan benda yang hilang itu juga katakanlah menyebar ke tempat yang lebih luas," ucap Mayor Kurnia Hendra di Pos TNI AL Tanjung Pakis, Selasa (30/10/2018).

Sebelumnya, pencarian hanya dilakukan di area seluas 200 nautical miles square. Lantaran, arus bawah laut yang sangat deras, pencarian pun diperluas hingga radius 2-3 kilometer dari titik awal pesawat Lion Air yang jatuh.

"Sehingga akan diupayakan pencarian melebar, dan menyebar dengan membuat titik koordinat yang berupaya untuk bisa menemukan barang yang hilang. Dan khususnya tentu menemukan korban penumpang dan kru pesawat," kata Kurnia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kronologi

Pesawat Lion Air yang jatuh regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 jatuh di Kawarang. (Humas Lion Air)

Dunia maskapai Indonesia berduka. Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, usai lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Senin 29 Oktober pukul 06.20 WIB.   

Data grafik yang disediakan situs pemantau penerbangan Flightradar24 memperlihatkan pesawat Lion Air JT 610 terbang dalam kondisi naik turun. Pesawat nahas tersebut hanya mengudara selama 13 menit.

Gambar grafik altitude atau ketinggian, berupa garis biru, menunjukkan gerak pesawat naik turun sebelum akhirnya menukik ke bawah. Pada 10 detik terakhir, pesawat mengalami penurunan ketinggian 1.200 kaki atau 365,76 meter, dari 4.850 kaki ke 3.650 kaki kemudian hilang dari radar.

Sebelum dinyatakan hilang kontak, pilot pesawat Lion Air Capt Bhavye Suneja sempat meminta kembali ke bandara Soekarno-Hatta atau return to base (RTB) kepada menara ATC.

Saat dimintai pendapat, pengamat penerbangan yang juga mantan pilot senior Chappy Hakim mengaku tidak tahu pasti apa yang terjadi pada Lion Air JT 610 sesaat setelah lepas landas.

"Gangguannya apa? Enggak bisa dianalisis dengan kasat mata. Bisa jadi mesin ada gangguan, atau bisa juga hal lainnya. Banyak sebabnya. Harus nunggu black box ditemukan," ujarnya.  

Namun, jika melihat data yang ada, pesawat jelas mengalami gangguan serius sehingga pilot memutuskan untuk meminta kembali ke bandara.

Chappy Hakim mengungkapkan, kejadian pilot minta kembali ke bandara menunjukkan bawah ada masalah serius di pesawat yang tidak bisa diatasi oleh pilot atau kru pesawat.

"Itu lazim terjadi jika pilot tidak memungkinkan untuk mengatasi masalah di pesawat," ujar Chappy Hakim kepada Liputan6.com, Senin (29/10/2018).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya