Penjualan Listrik PLN Naik Jadi Rp 194 Triliun

Kenaikan jumlah pelanggan PLN mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional menjadi 98,05 persen.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 31 Okt 2018, 09:32 WIB
Petugas PLN memperbaiki jaringan listrik di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/10). PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan kondisi listrik di Kota Palu semakin membaik pasca gempa dan tsunami. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat pendapatan dari penjualan listrik pada kuartal III 2018 naik 6,93 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

EPV Corporate Communication PLN Made Suprateka‎ mengatakan,‎ nilai penjualan tenaga listrik pada kuartal III 2018 naik sebesar Rp 12,6 triliun menjadi Rp 194,4 triliun. 

"Penjualan listrik PLN kuartal III 2018 naik. Jadi, Rp 194,4 triliun d‎ari periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 181,8 triliun," kata Made, di Jakarta, Rabu (31/10/2018).

Untuk volume penjualan sampai dengan September 2018 sebesar 173 Terra Watt hour (TWH). Volume penjualan listrik ini tumbuh 4,87 persen dibanding dengan September tahun lalu yang tercatat 165,1 TWH.

Menurut Made, jumlah pelanggan PLN pada kuartal III 2018 telah mencapai 70,6 juta atau bertambah 2,5 juta pelanggan dari akhir 2017.

Dengan kenaikan jumlah pelanggan tersebut mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional dari 95,07 persen pada 31 Desember 2017 menjadi 98,05 persen pada 30 September 2018.

"Capaian rasio elektrifikasi ini telah melebihi target 2018 yang dipatok sebesar 96,7 persen," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rupiah Tertekan, PLN Cetak Rugi Rp 18,48 Triliun

PLN berhasil memulihkan 45 penyulang dan tujuh Gardu Induk di Palu. (Dok PLN)

Sebelumnya, PLN menanggung kerugian Rp 18,48 triliun hingga kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya untuk Rp 30,4 triliun.

Hal itu bersumber dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sehingga membuat beban operasional perusahaan tersebut membengkak.

Dikutip dari laporan keuangan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Selasa (30/10/ 2018).

Hingga kuartal III 2018, PLN menanggung selisih kurs cukup besar, akibatnya perusahaan tersebut rugi Rp 17,32 triliun. Kerugian kurs tersebut lebih besar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,22 triliun. 

‎Dalam laporan keuangan tersebut menyebutkan, total pendapatan perseroan sebesar Rp 200,91 triliun atau naik 6,9 persen hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 187,88 triliun.  

Pendapatan PLN pada kuartal III-2018, terdiri dari penjualan tenaga listrik sebesar Rp 194,40 triliun naik 6,47 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu Rp 181,81 triliun , serta berasal dari penyambungan daya listrik sebesar Rp 5,21 triliun yang naik 4,2 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu.

Beban PLN terbesar bersumber dari bahan bakar dan pelumas, ‎sebesar Rp 101,87 triliun atau naik 16,28 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 85,27 triliun.

Beban berikutnya adalah pembelian tenaga listrik dari pembangkit yang dikelola swasta (Independent Power Producer/IPP) sebesar Rp 60,61 triliun hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 53,54 triliun. Selanjutnya kenaikan diikuti beban penyusutan sebesar Rp 22,78 triliun, dan beban pemeliharaan Rp 15,01 triliun.

Sedangkan beban kepegawaian turun 6,81 persen menjadi Rp 14,74 triliun hingga September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 15,82 triliun.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya