Bohemian Rhapsody, Kesepian Kronis Freddie Mercury

Bohemian Rhapsody sebenarnya merupakan film biopik Queen dan Freddie Mercury yang menyenangkan, tapi...

oleh Ratnaning Asih diperbarui 31 Okt 2018, 13:20 WIB
Bohemian Rhapsody sebenarnya merupakan film biopik Queen dan Freddie Mercury yang menyenangkan, tapi... (20th Century Fox)

Liputan6.com, Jakarta Bohemian Rhapsody, salah satu lagu ikonis dalam industri musik, ternyata awalnya tidak disambut dengan hangat. Pihak label merasa lagu yang berdurasi enam menit ini, terlalu panjang untuk dijadikan sebuah single utama.

Queen yang mencipatakan lagu eksperimental ini dengan sepenuh jiwa, memberontak. Freddie Mercury (Rami Malek) dkk telah mengambil keputusan bahwa Bohemian Rhapsody akan menjadi single utama album baru mereka, A Night at the Opera. Tak ada tawar menawar, ini adalah keputusan absolut.

Queen lantas keluar dari label, dan berusaha mempromosikan lagu ini sendiri. Hanya saja, para pengamat musik merasa satu suara tentang lagu ini. Bohemian Rhapsody dinilai merupakan lagu yang kacau dan berantakan. Nyatanya, lagu ini menjadi hit, dan popularitasnya meroket.

Kepingan sejarah perjalanan Queen ini, diselipkan dalam film Bohemian Rhapsody. Mulai dari saat mereka masih menyandang nama ‘Smile’ dan bermain di klub kecil, hingga penampilan akbar mereka di LiveAid pada 1985 yang melegenda.

Meski merupakan biopik dari band Queen, Namun ada satu sosok sentral dalam film Bohemian Rhapsody ini. Yakni sosok sang frontman yang begitu kompleks, Freddie  Mercury.


Kesepian Freddie Mercury

Bohemian Rhapsody ( 20th Century Fox)

Farrokh Bulsara, merasa dirinya lebih dari seorang pemuda Parsi yang berprofesi sebagai porter di bandara. Jadilah ia mengganti nama menjadi Freddie, bergabung dengan band Smile—yang kemudian diubah menjadi Queen. Bersama Roger Taylor (Ben Hardy), Brian May (Gwilym Lee), dan John Deacon (Joseph Mazzello),  pelan-pelan mereka meniti kejayaan.

Freddie juga bertemu dengan seorang wanita istimewa dalam hidupnya, Mary Austin (Lucy Boynton). Mary adalah pendukung terbesarnya, orang yang paling mengerti dirinya. Namun belakangan ia menyadari satu hal krusial: ternyata ia memiliki ketertarikan kepada sesama jenis. Hanya saja di hatinya tetap ada Mary, yang ia anggap sebagai belahan jiwanya.

Di sisi lain, kesuksesan membawa kembali rasa sepi di hati Freddie Mercury. Ia mulai terseret dalam kehidupan penuh pesta pora. Kekosongan di hatinya menjebloskannya dalam minuman keras dan obat-obatan. Freddie menjauh dari Queen yang selama ini menjadi keluarganya. Sementara seseorang yang dekat dengannya, justru hendak menikamnya dari belakang.


Tak Dijahit Rapi

Bohemian Rhapsody ( 20th Century Fox)

Bohemian Rhapsody sebenarnya merupakan film yang menghadirkan perjalanan hidup Queen dan Freddie Mercury dengan cara yang menyenangkan. Penuh drama dan  humor di dalamnya.  

Hanya saja, kepingan-kepingan fakta sejarah Queen ini, tidak dijahit dengan rapi.

Alhasil  film ini—terutama di setengah bagian awal—terasa meloncat-loncat dan berantakan. Ujug-ujug diperlihatkan bahwa Queen sukses. Atau tiba-tiba saja Mary dan Freddie diperlihatkan masih akrab, meski adegan sebelumnya menceritakan goncangan hebat dalam hubungan mereka.

Tak hanya membuat film terasa melompat-lompat, hal ini juga membuat dinamika emosi Freddie Mercury tak tergali dengan matang. Padahal, inilah hal yang paling potensial dari Bohemian Rhapsody.


Membaik di Akhir

Bohemian Rhapsody (20th Century Fox)

Untungnya, hal ini mulai membaik di sepertiga akhir film. Perjalanan emosi Freddie Mercury mulai disampaikan dengan baik. Apalagi Rami Malek, menampilkan performa yang sangat meyakinkan sebagai sosok Freddie Mercury yang begitu magnetis.

Meski memiliki kelemahan, Bohemian Rhapsody tetap merupakan film yang menyenangkan. Apalagi diselipkan sejumlah lagu-lagu hits Queen di dalamnya. Mulai dari “Somebody to Love”, “Radio Gaga”, “We Will Rock You” hingga “Love of My Life”.

Tak heran bila Anda bakal ikut bersenandung sepanjang film ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya