Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengaku sempat menyarankan kepada PT Pertamina (Persero) untuk menunda penerbitan surat utang global atau global bond. Menurutnya, arahan itu diberikan lantaran nilai bunga yang ditawarkan di pasar modal saat ini masih terlalu tinggi.
"Pasarnya itu drop total. Seluruh dunia drop, keadaannya sangat jelek. Waktu itu Bu Nicke (Direktur Utama Pertamina) telepon saya bilang, ini bunganya akan jauh lebih tinggi daripada PLN," cerita dia di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, dikabarkan Pertamina akan mengajukan surat utang global senilai USD 10 miliar. Sebanyak USD 1 miliar dari dana obligasi tersebut akan dipakai untuk pembayaran utang perseroan dengan bunga 5,25 persen yang jatuh tempo 2021.
Dana itu juga bakal dipakai untuk pelunasan utang USD 1,25 miliar yang jatuh tempo pada 2022 dengan bunga 4,875 persen. Adapun jumlah sisa dana tersebut rencananya akan digunakan untuk belanja modal dan kepentingan umum lainnya.
Lebih lanjut, Menteri Rini juga membantah bahwa Pertamina menunda penerbitan global bond lantaran tak laku di pasaran.
"Jadi jangan salah tafsir, ini bukan enggak laku di pasar. Saya bilang (kepada Nicke), kamu kan enggak butuh duitnya sekarang. Enggak sih Bu (jawab Nicke). Ya sudah, kamu mundur aja dari pasar. Persoalannya karena bunganya terlalu tinggi," tutur dia.