Ponsel Butut Pembawa Kabar Anak Cucu Jadi Korban Lion Air Jatuh

Anak, menantu, dan cucunya hendak bertolak dari Jakarta ke Pangkalpinang. Namun, takdir berkata lain, pesawat Lion Air yang mereka tumpangi jatuh di laut.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 01 Nov 2018, 02:07 WIB
Keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 dikawal petugas melihat barang-barang temuan di Pelabuhan JICT 2, Jakarta, Rabu (31/10). 189 orang menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 pada Senin (29/10) lalu. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Rutinitas pagi Ida Riani bersama sang suami, Rusman Ishak, tetap sama setiap harinya. Sambil berlalu, nyala televisi para tetangga fokus menyiarkan pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkalpinang yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

Sepanjang jalan, Ida bercengkrama dengan Rusman. Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 WIB pagi. Sampai akhirnya mereka tiba di kebun sawit dan karet, mengarit dan menebar pembasmi hama.

"Itu bunyi," isyarat Rusman mengingatkan Ida soal telepon genggamnya.

Sosok di seberang ponsel berteriak, membuat ibu 48 tahun itu lebih berkeringat dari biasanya. Aktivitas fisik di Senin, 29 Oktober itu bukan apa-apa dibandingkan informasi yang diterima dari Samini, adik suaminya. "Yuk, Restia ada nama di pesawat (Lion Air) yang letup tadi!"

Ida menampik kabar itu. "Tidak, dia di rumah".

Tidak ada rasa percaya sedikit pun yang terbersit. Sepengetahuan dia, anaknya yang bernama lengkap Restia Amelia (28) masih berada di kediamannya bersama dua anaknya, Radika Wijaya (4) dan Rafeza Wijaya (2).

Rumahnya memang tidak jauh. Dua minggu lalu, sang nenek masih bertukar tawa dan bermalam bersama kedua cucunya. Namun memang, setelahnya kurang ada komunikasi hingga peristiwa itu terjadi.

"Saya jadul. Hape butut, ditelepon bisanya. Ngangkat dan nelepon. Enggak ngerti SMS, Whatsapp," kata Ida saat berbincang dengan Liputan6.com di RS Bhayangkara Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (31/10/2018).

Grasak-grusuk kabar itu membuat Ida dan Rusman kalang-kabut. Mereka bergegas ke Jakarta. Pihak Lion Air memang dengan segera memfasilitasi. Meski awalnya harus sewa mobil untuk ke Bandara Depati Amir Pangkalpinang, Bangka Belitung.

"Kampung ke Pangkal jam 16.00 WIB sore. Pangkal ke Jakarta jam 18.00 WIB sampai. Baru nonton TV di bandara, isi nama-nama (korban)," katanya.

 


Sempat Khawatir

Daftar nama di televisi Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, diamati dengan teliti. Sampai akhirnya lehernya tercekat. Ternyata benar, anak dan cucunya bersama suami, Daniel Raharja Wijaya, ada di Jakarta dan bertolak ke Pangkalpinang.

"Jantung roboh, badan lemas. Rasaku tu ingin jerit sekuat-kuatnya," ucap Ida lirih.

Sementara Rusman yang ada di sampingnya hanya diam. Dengan tatapan nanar dia mendengarkan ucapan sang istri. Sesekali menatap ke langit yang terhalang tenda posko antemortem.

Dia mengiyakan saat Ida menerangkan kebiasaan anaknya. Keduanya khawatir jika Restia keseringan bolak-balik Jakarta naik pesawat. Diwanti-wanti begitu, putrinya hanya menjawab, "Ajal di tangan Tuhan".

Azan Magrib masjid di RS Bhayangkara Polri berkumandang. Ida mengingat ketika kedua cucunya, saat berada di Pangkalpinang, menyambut kepulangannya dari kebun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya