Liputan6.com, Jakarta - Ketua Gerakan Pemuda Anshor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qaumas meminta agar polemik pembakaran bendera mirip HTI yang dilakukan anggota Banser di Kabupaten Garut, Jawa Barat, diakhiri.
"Kami sudah tegaskan bahwa kami sudah meminta maaf atas perasaan publik yang terganggu karena peristiwa di Garut itu, dan semua sudah saling memahami, sekarang tinggal bagaimana recovery-nya," kata Yaqut usai pertemuan Muhammadiyah dan NU di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Rabu, 31 Oktober 2018.
Advertisement
Menurut Yaqut, pihaknya sudah berkomunikasi dengan sejumlah ormas, seperti Muhammadiyah, untuk ikut meredam gejolak di masyarakat setelah insiden tersebut.
Dia pun meyakini Muhammadiyah sebagai ormas terbesar tak bakal ikut aksi protes terhadap Banser yang akan kembali digelar.
"Tadi sepakati untuk masing-masing meredakan jemaahnya-lah, supaya enggak usah ikut-ikutan," ucap dia.
Dinginkan Suasana
Sementara itu, Ketum PBNU Said Aqil mengatakan hal yang serupa. Muhammadiyah dan NU ingin menyudahi polemik pembakaran bendera. Sesuai arahan Wapres Jusuf Kalla pada pertemuan lalu, NU dan Muhammadiyah ingin mendinginkan suasana.
"Insya Allah selesai. Enggak ada nyinggung Muhamadiyah sebenarnya, tapi kita berkewajiban, diminta oleh Pak JK terutama," katanya.
Soal dua anggota Banser yang telah ditetapkan sebagai tersangka, NU tak mau berurusan. Said Aqil menyebut itu menjadi kewenangan kepolisian untuk mengusutnya.
"Serahkan ke penegak hukum. Kita menerima apa pun vonisnya, apa pun prosesnya. Kita negara hukum," ucapnya.
Reporter: Ahda Bayhaqi
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement