Peringatan Hari Uang Berubah Jadi Hari Berkabung di Jember

Perayaan hari uang dengan memakai baju tradisional di kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Jember Jawa Timur, mendadak berubah menjadi hari berkabung.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 01 Nov 2018, 10:02 WIB
Perayaan hari uang dengan memakai baju tradisional di kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Jember Jawa Timur, mendadak berubah menjadi hari berkabung. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jember - Peringatan Hari Uang dengan memakai baju tradisional di kantor Pelayanan pajak (KPP) Pratama Jember Jawa Timur, mendadak berubah menjadi suasana berkabung.

Sebab, sejumlah nama pegawai Kemenkeu masuk dalam daftar penumpang pesawat Lion Air JT-610 yang mengalami kecelakaan di Tanjung Karawang dalam perjalanan Jakarta-Pangkalpinang, Senin pagi (29/10/2018).

Seluruh pegawai Kemenkeu di Jember, KPP Pratama, KPP Bea cukai berkumpul dengan memakai pita hitam di baju lengan kiri, sebagai tanda berkabung. Padahal jauh-jauh hari sudah mempersiapkan sejumlah agenda peringatan hari uang, dengan menggelar bakti sosial. Agenda tersebut, akhirnya dibatalkankan.

"Sesuai instruksi dari ibu Sri Mulyani, hari Selasa dinyatakan sebagai hari berkabung dengan memakai pita hitam, di sebelah kiri," ungkap Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jember, Wisno Indarto, Rabu (31/10/2018).

Karena itu, peringatan hari uang diisi dengan acara doa bersama dan shalat gaib untuk teman-temannya yang menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.

Kegiatan ini sebagai bentuk solidaritas kepada sesama pegawai di lingkungan Kemenkeu. Salat gaib sendiri digelar di mushola kantor KPP Pratama Jember.

"Semoga teman-teman atau sahabat-sahabat kita, yang telah mendahului mendapat tempat yang terbaik," kata Wisnu.

"Semoga perjuangan mereka tidak sia-sia. Kami akan terus berjuang untuk kebaikan negara Republik Indonesia," ucapnya.

Wisnu menambahkan, mereka yang menjadi korban, tidak ada yang berasal dari keluarga besar KPP Pratama Jember atau KPP Bea cukai Jember. Namun rata-rata sudah saling mengenal, karena pernah bertemu, bahkan menjadi rekan kerja dalam satu kantor.

"Kami pernah bertemu saat dimutasi dibeberapa tempat, sehingga saling kenal. Bahkan ada yang pernah menjadi anak buahnya seperti Bu metta (IGA Ngurah Metta Kurnia) dan pernah kuliah bersama," jelas Wisnu.

Wisnu mengaku terkesan saat bekerja bersama Bu Metta. Dirinya selalu bersemangat saat bekerja dan menularkan semangat itu kepada orang lain. 

"Kata-kata yang selalu diingat dari Bu metta, dia sering bilang 'zero', untuk memberi semangat supaya tidak ngantuk saat bekerja. Karena rumah almarhumah jauh dari tempat kerja. Bu metta juga seorang periang," kata Wisnu mengenang.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya