Infrastruktur Jadi Kunci Pemanfaatan Gas Alam Cair di RI

SKK Migas menyatakan infrastruktur jadi kendala penyaluran LNG, khususnya dari Bontang menuju kawasan Indonesia bagian barat

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Nov 2018, 12:00 WIB
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terus mendorong agar pelaku usaha domestik turut memanfaatkan produksi gas alam cair (liquified natural gas/LNG) dalam negeri.

Misi ini bisa tercapai jika kendala infrastruktur terkait pengiriman gas dari hulu ke hilir dapat teratasi. Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, mengatakan pihaknya tertantang memanfaatkan produksi LNG Indonesia untuk dipakai secara domestik dibanding diekspor ke luar negeri. 

"Mengapa kondisi itu terjadi? Waktu itu kita jadi eksportir terbesar LNG di dunia, tapi pemakaiannya di domestik tidak ada. Sekarang ada tapi masih minim," ungkap dia di Workshop Distribusi dan Pemanfaatan LNG Skala Kecil di City Plaza, Jakarta, Kamis (1/11/2018).

Dia menceritakan, sejak 1977 Indonesia sudah banyak mengekspor gas alam cair produksi Kilang Badak di Bontang, Kalimantan, ke Jepang. Namun, lanjutnya, pemakaian LNG di lingkup lokal masih sedikit sekali.

"Baru pada 2012 kargo pertama untuk domestik dikirim dari Bontang ke FSRU (Floating Storage & Regasification Unit) Jawa Barat. Artinya lama sekali kita baru bisa nikmati gas alam," imbuhnya.

Ia menuturkan, tren kenaikan kebutuhan gas bumi baru tumbuh pada periode 2000, terutama saat 2005 ketika harga minyak naik dan menjadi diatas 100 dolar per barel pada 2008.

"Seiring dengan itu, kebutuhan gas pipa jadi membesar. Bahkan 2013 pemanfaatan domestik lebih besar dari ekspor. Sekarang pemanfaatan domestik sekitar 60 persen," ujar dia.

Akan tetapi, ia menelusuri infrastruktur jadi kendala penyaluran LNG, khususnya dari Bontang menuju kawasan Indonesia bagian barat semisal Pulau Sumatera dan Jawa.

"Infrastruktur yang saya amati transportasi pakai kapal atau kontainer LNG, kok kayanya galangan kapal kita ga pernah buat kapal LNG. Berarti ada yang kita lupakan. 2015 kami diskusi dengan galangan kapal, dan sebenarnya teknologi mudah galangan kapal siap. Tapi yang saya heran sampai sekarang enggak ada yang bikin," tutur dia.

Oleh karena itu, ia coba mengajak pelaku usaha untuk berdiskusi bersama terkait pemanfaatan gas alam cair untuk sektor industri, sehingga bisa meningkatkan pemakaiannya di dalam negeri.

"Makanya saya mikir, coba kita diskusi. Kita lihat end to end supply chance, barangkali bisa saling nyambung antara konsumer, retailer, dan lain-lain. Jadi diharapkan kita bisa create bisnis bersama," ujar dia.

 


PGN Pasok Gas ke Pabrik Oleochemical di Sumut

Pekerja merawat jaringan pipa gas milik Perusahaan Gas Negara (PGN) di Jakarta, Rabu (21/9/2016). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN)  mengalirkan gas (gas in) ke pabrik oleochemical milik PT Musim Mas Martubung Plant, dengan volume pemakaian gas 600 - 780 ribu m3 atau setara dengan 0,77 - 1 BBTUD per bulan.

Sales Area Head PGN Wilayah Medan, Saeful Hadi mengatakan, ‎ PGN berhasil membangun jaringan pipa distribusi gas, sehingga bisa memulai gas in untuk keperluan produksi oleochemical pabrik tepat waktu. Musim Mas Martubung Plant merupakan pengembangan pabrik baru grup Musim Mas di Kota Medan.

"Perusahaan milik grup Musim Mas tersebut menjadi pelanggan baru PGN Area Medan, usai menandatangani Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG)," ujar Saeful di Jakarta, Selasa 14 Agustus 2018.

Sebelumnya, PGN Area Medan berhasil memasok gas sebanyak 240 ribu m3 per bulan untuk PT Alfo Citra Abadi, perusahaan aluminium extrusion yang selama ini menggunakan batu bara sebagai sumber energi produksinya.

Perusahaan yang mengekspor jendela, lemari, tangga, dan pintu berbahan aluminium ke Australia dan Amerika Serikat ini merasakan efisiensi dengan menggunakan gas bumi dari PGN.

Sepanjang kuartal I 2018, PGN Area Medan berhasil menjual gas sebanyak 13,5 juta British Thermal Unit (MMBTU) kepada 20.400 pelanggan yang ada di kota tersebut. Realisasi tersebut 7 persenlebih tinggi dibandingkan target yang diberikan grup PGN kepada Area Medan.

"Realisasi penjualan yang melampaui target didorong oleh konsumsi dari pelanggan komersil dan industri yang terus bertumbuh, seiring dengan pertumbuhan ekonomi Kota Medan yang terus melaju pesat," tutur dia.

Musim Mas merupakan perusahaan kelapa sawit besar yang dirintis oleh Anwar Karim dari sebuah pabrik sabun Nam Cheong di Medan, Sumatera Utara pada tahun 1932,yang berada di Jl. Rawe, Kelurahan Titi Papan, Kecamatan Medan Deli, Medan, Sumatera Utara.

Dibawah kepemimpinan Bachtiar Karim, sang putra sulung, Musim Mas berkembang menjadi perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit asal Indonesia yang memiliki sejumlah cabang di beberapa negara. Pada 2004, Musim Mas juga tercatat sebagai perusahaan Indonesia yang pertama kali mendapat sertifikat Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya