Pesan Mufti Damaskus agar Indonesia Tak Seperti Suriah: Utamakan Negara

Mufti Damaskus Syeikh Adnan Al-Afyouni mengatakan, konflik yang terjadi di Suriah bukan dilatarbelakangi urusan agama, tapi politik.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 02 Nov 2018, 08:07 WIB
Mufti Damaskus memberi pesan agar Indonesia tak bernasib seperti Suriah. (Liputan6.com/Nafiysul Qidar)

Liputan6.com, Jakarta - Konflik horisontal bernuansa agama yang terjadi di Indonesia belakangan ini membuat sejumlah pihak khawatir. Mereka cemas masyarakat Indonesia dapat diadu domba hingga memicu perpecahan dan menyebabkan krisis luar biasa, seperti yang terjadi di Suriah dan beberapa negara Timur Tengah.

Mufti Damaskus sekaligus Ketua Dewan Rekonsiliasi Nasional Suriah Syeikh Adnan Al-Afyouni mengatakan, Suriah sejatinya memiliki banyak kemiripan dengan Indonesia. Suriah merupakan negara aman yang homogen dengan masyarakat yang terdiri dari beragam etnik dan agama.

Namun, negeri yang aman tersebut mengalami krisis luar biasa setelah masyarakatnya berhasil diadu domba oleh kepentingan politik berbalut agama. Dia menegaskan, konflik yang terjadi di Suriah bukan dilatarbelakangi urusan agama, tapi politik.

"Krisis Suriah merupakan krisis politik secara otomatis. Dan ini merupakan cerminan konflik global di mana mereka bertempur memperebutkan kepentingan," ujar Adnan dalam seminar kebangsaan bertajuk "Jangan Suriahkan Indonesia" yang digelar Ikatan Alumni Syam Indonesia (Isyami), Jakarta Selatan, Kamis (1/11/2018).

Banyak sekali negara yang terlibat dalam konflik Suriah. Mereka saling berperang memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Salah satunya dengan menghancurkan negara tersebut dan menguasai kekayaan alamnya.

Mereka menjerumuskan masyarakat Suriah dalam konflik tersebut. Padahal selama ini rakyat Suriah dikenal hidup rukun. Tidak pernah ada pertikaian antar-etnik maupun golongan. Pemerintah telah mencukupi segala kebutuhan rakyatnya. Meski begitu, mereka berhasil dipecah menggunakan isu agama.

"Mereka mempengaruhi kelompok agama tertentu dengan propaganda di masjid, sehingga sebagian mereka terpengaruh dengan itu," kata Adnan.

 


Suriah Sebelum Perang

Ulama Suriah itu menyebut, di negaranya pemerintah menggratiskan biaya pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Biaya kesehatan juga digratiskan. Segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok dijamin oleh pemerintah.

Sehingga sebenarnya tidak ada lagi celah yang bisa dimainkan untuk memecah-belah Suriah, kecuali dengan isu agama.

"Maka mereka yang berkonflik melakukan fitnah melalui celah agama. Mereka mulai menebar permusuhan bahwa akan ada pembunuhan kepada orang Kristen atau orang Syiah, padahal semua ini tidak ada. Mereka buat ini supaya panas," ungkap Adnan.

Mereka ingin Suriah bernasib seperti Tunisia, Mesir, Yaman, hingga Libya di mana konflik diciptakan hingga pemerintahannya yang sah berhasil digulingkan. Namun, upaya menghancurkan Suriah gagal.

"Itu semua tidak berhasil karena mayoritas rakyat Suriah tak rela apabila agama dipakai untuk perebutan kekuasaan. Dan tentara Suriah, para pemuda siap mempertahankan Suriah sampai kapan pun," dia menegaskan.

 

 


Lawan dari Luar

Sejatinya, problem yang dihadapi Suriah bukan bersumber dari rakyatnya, tapi dari luar. Kini, rakyat Suriah yang sempat terpecah belah-telah sepakat melakukan rekonsiliasi. Presiden Bashar Al-Assad telah membuka pintu maaf bagi pihak yang memusuhinya dan menawarkan perdamaian.

"Kami di Suriah sangat meyakini kebenaran Islam dan Nabi Muhammad, maka kami tidak akan menyia-nyiakan satu nyawa pun. Kami akan selalu menempatkan kepentingan Suriah di atas apa pun. Kami tidak akan lagi saling menyalahkan dan akan fokus rekonsiliasi. Dan kami sepakat membangun Suriah bersama-sama," kata Adnan.

Mereka yang dulu saling berperang kini telah berada dalam satu barisan membangun Suriah. Sebab, kemenangan tidak akan ada harganya jika mereka akhirnya tidak memiliki negara.

Karena itu, ulama Suriah tersebut berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai elemen, agar bersatu dan menjunjung tinggi kepentingan negara di atas kepentingan lainnya. Adnan ingin masyarakat Indonesia mengambil pelajaran dari konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah.

"Bagi orang yang berakal, mukmin sejati yang cinta kepada Allah, Rasulullah, tidak mungkin mereka memercikkan api konflik kepada negaranya. Dan mukmin sejati bisa mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak," ujarnya.

Adnan lantas menceritakan pengorbanan Rasulullah dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah. Nabi Muhammad rela mengikuti kemauan kaum Quraisy demi perdamaian umat.

"Jika kamu cinta Rasul, maka teladani sikap Rasul. Dan saya berpesan kepada umat Islam di seluruh dunia untuk mengutamakan kepentingan agama, kepentingan negara, dibanding kepentingan nafsu. Kami berharap agar di Indonesia seluruh komponen saling paham untuk menghindari konflik kemudian hari," Adnan memungkasi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya