Liputan6.com, Jakarta - Route Evaluation atau uji terbang Pesawat Lion Air Boeing jenis 737-800NG PK-LPO di Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto dilaksanakan Kamis 1 November 2018.
Uji terbang rute Balikpapan-Samarinda- Balikpapan dilaksanakan pada pukul 13.00-19.00 WITA (05.00-11.00 UTC) berjalan lancar.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, M. Pramintohadi Sukarno, menyampaikan pihaknya telah mendapatkan laporan dari Otoritas Bandar Udara Wilayah VII Balikpapan terkait hasil uji coba rute tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Pelaksanaan route evaluation pesawat Lion Air Boeing jenis 737-800NG telah dilaksanakan di Bandara APT Pranoto. Alhamdulillah kegiatan uji rute tersebut berjalan baik dan lancar," ujar Pramintohadi, Jumat (2/11/2018).
Pramintohadi menjelaskan kegiatan Route Evaluation pesawat Lion Air ini berdasarkan permohonan slot time yang diajukan oleh Lion Air dengan nomor surat 310/BPNKK/EXT/XI/2018.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 57 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Slot Time dan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP.112 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengelolaan Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Bandar Udara, disepakati kegiatan uji terbang dilaksanakan pada 1 November 2018.
"Kami menindaklanjuti permintaan uji terbang dari pihak Lion Air. Unit kerja terkait telah melakukan koordinasi dalam hal ini Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Bandara Udara, AirNav, Angkasa Pura I dan Bandar Udara setempat," ujar Pramintohadi.
Pesawat Lion Air Boeing jenis 737-800NG yang dipiloti oleh Capt. Felix dilaporkan telah mendarat dengan baik di Bandara APT.Pranoto.
Pendaratan pesawat tersebut disambut oleh Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Timur, Kepala Sub Direktorat Standardisasi Bandar Udara, Direktorat Bandar Udara, Kepala Seksi Teknik, Operasi, Keamanan dan Pelayanan Darurat Bandara APT. Pranoto, Plt. Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VII Balikpapan, Direktur Ops Angkasa Pura I, General Manager Angkasa Pura I dan AirNav Cabang Samarinda.
Pada pelaksanaan uji terbang pesawat Lion Air ini dilakukan dengan cara normal flight. Capt. Felix secara langsung menyatakan sebelum landing di Bandara APT Pranoto, pesawat mengobservasi untuk memastikan bandara yang dituju adalah benar Bandara APT Pranoto dan memastikan juga berkomunikasi dengan AirNav.
Dilaporkan oleh pesawat yang landing dengan baik pada pukul 09.36 UTC, secara keseluruhan runway baik tidak ada gelombang pada permukaan runway.
Kemudian pesawat bertolak menuju Bandara Sultan Aji Muhamamad Sulaiman di Balikpapan pada pukul 09.59 UTC, pesawat take off dengan baik dan mulus.
"Faktor keamanan, keselamatan merupakan hal terpenting dalam dunia penerbangan. Sebelum pesawat beroperasi di suatu bandara kami harus pastikan pesawat dalam kondisi laik terbang, dari sisi udara dan sisi darat bandara yang dituju pun tentu kami persiapkan untuk melayani setiap pesawat yang akan beroperasi," ujar dia.
"Tak lupa koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait dan stakeholder penerbangan harus tetap dijaga, semua demi kenyamanan pengguna transportasi udara," imbuh Pramintohadi.(yas)
Kemenhub Bakal Audit Seluruh Pilot Lion Air yang Terbangkan Boeing 737
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan audit khusus personel atau awal Lion Air. Audit khusus ini dilaksanakan setelah investigasi pada Boeing 737 Max selesai dijalankan.
"Kami akan lakukan special audit sesuai dengan SOP. Kami akan lakukan special audit kepada awak pesawat. Semua pilot-pilot dari Boeing 737 itu akan kami (lakukan) assessment," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Jumat 2 November 2018.
Ia pun tak menutup kemungkinan audit akan diperluas kepada pihak manufaktur.
Utusan Beoing pun sudah tiba di Indonesia dan bekerja bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Sebelumnya, CEO Boeing Dennis Muilenburg berjanji akan mengirimkan utusan berupa tenaga ahli untuk memberi bantuan.
Budi menjelaskan, butuh enam bulan bagi pihak KNKT untuk mendapatkan kesimpulan apa yang terjadi pada Lion Air JT 610 dengan membaca data-data yang ada di blackbox.
"Memang cukup lama, paling tidak enam bulan, karena ada suatu proses yang perlu dilakukan," jelas dia.
Lebih lanjut, Budi menjelaskan akan meminta pendampingan dari pihak internasional seperti IATA dan EU. Pasalnya, ia tak mau Indonesia kembali dicekal.
Meski begitu, ia menegaskan untuk mengutamakan segi layanan, bukan bisnis. "Bukan bisnisnya yang kami lihat, tapi layanan. Kalau bisnis itu risiko bisnis, kalau layanan itu masyarakat," tegasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement