Profil Tim Piala AFF 2018: Wajah Baru Timnas Singapura

Singapura gagal tampil maksimal di Piala AFF dua edisi sebelumnya.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 02 Nov 2018, 20:50 WIB
Timnas Singapura (dok. FA Singapore)

Liputan6.com, Singapura - Singapura boleh jadi merupakan negara terkecil di Asia Tenggara. Namun penampilan Tim nasional (Timnas) Singapura di Piala AFF pernah menorehkan tinta emas. The Lions adalah negara kedua tersukses setelah Thailand di turnamen antarnegara se-Asia Tenggara itu. 

Empat trofi Piala AFF juara berhasil diraih timnas Singapura, yakni pada edisi 1998, 2004, 2007, dan 2012. Thailand baru berhasil melampauinya usai merebut Piala AFF 2016 lalu. 

Tiga gelar juara Piala AFF tersebut dipersembahkan saat The Lions masih ditangani oleh pelatih asal Serbia, Radojko Avramovic. Selain mempersembahkan tiga trofi, Avramovic  telah mengorbitkan pemain seperti Baihakki Khaizan dan striker Noh Alam Shah. Nama terakhir hingga berstatus sebagai pencetak gol terbanyak di Piala AFF dengan 17 gol.

Dengan luas 707.1 km persegi dan penduduk sebanyak 5,5 juta jiwa, Singapura sebenarnya bukan lahan yang empuk dalam mencari bibit pemain sepak bola. Setidaknya Dejan Glusevic, pemain asal Yugoslavia yang pernah bermain di Indonesia pernah merasakan hal itu saat dipercaya menangani timnas Singapura U-19, 2013 lalu.

Saat itu, dia mengaku kesulitan mencari bibit pemain muda asli Singapura. Selain stok yang tidak banyak, jadi pesepak bola  bukanlah cita-cita impian bagi para remaja di sana. Mereka lebih fokus kepada pendidikan. Bahkan sebelum bertolak ke Sidoarjo mengikuti Piala AFF U-19, 2013, para pemain Dejan lebih dulu mengikuti ujian sekolah. 

Namun Asosiasi Sepak Bola Singapura FAS punya cara ampuh dalam mempercepat peningkatan prestasi The Lions. Caranya dengan mengimpor pemain dan menjadikan mereka sebagai warga negara Singapura atau dikenal dengan proses naturalisasi--proses yang kemudian juga diikuti oleh PSSI dalam membentuk timnas yang berkualitas. 

Nama-nama seperti Daniel Benett, Fachruddin Mustafic, Shi Jia Yi, Itimi Dickson, Agu Casmir, dan Precious Emuejeraye, merupakan jebolan program instan tersebut. Tidak hanya sepak bola, pemerintah Singapura juga menempuh cara yang sama di cabang lain. 

Singapura pernah mengimpor atlet-atlet tenis meja kelahiran Tiongkok. Mereka didatangkan untuk mendongkrak perolehan medali Singapura di ajang Olimpiade.  

Namun program ini bukan tanpa penolakan. Sebab naturaliasi pemain secara tidak langsung telah menenggelamkan talenta-talenta lokal Singapura. 

 

 

 

 


Pro dan Kontra Naturalisasi

Sejak 2008, program ini sebenarnya sempat berhenti. Pemain sepak bola terakhir yang dinaturalisasi Singapura adalah Qui Li, yang sempat 24 kali memperkuat The Lions.  

Tanpa pemain naturalisasi, prestasi sepak bola Singapura lambat laun ikut tergerus. Piala AFF 2012 menjadi gelar juara terakhir Timnas Singapura. Saat itu, The Lions masih diperkuat dua pemain naturalisasi, yakni Daniel Benett dan Fachruddin Mustafic. 

Dalam dua edisi terakhir Piala AFF, Singapura bahkan tidak mampu lolos fase grup. 

Wacana naturalisasi pemain pun kembali mencuat  saat pemerintah mendorong reformasi di tubuh Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), tahun lalu. 

Seperti dilansir channelnewsasia, setidaknya tiga pemain asing yang berlaga di Liga Singapura sudah tertarik memperkuat The Lions.  Mereka adalah, Song Ui-young (Korea Selatan), Jordan Webb (Kanada), dan Sirina Camara (Prancis).

Perdebatan pun kembali muncul. Sebagian menilai program tersebut sudah waktunya dihentikan dan beralih kepada pembinaan terhadap bibit-bibit asli Singapura. 

Pelatih Houngang United, Philippe Aw merupakan salah satu pihak yang kontra terhadap program naturalisasi. Menurutnya, prestasi yang diraih lewat jalur instan rasanya hambar. 

"Kami bangga menjadi warga Singapura. Ketika (Joseph) Schooling merebut medali emas, saya pikir getaran yang dikirimkannya lebih besar dibanding medali tenis meja," kata pelatih Houngang United, Philippe Aw seperti dilansir channelnewsasia, 17 Mei 2017. 

Schooling merupakan perenang kelahiran Singapura yang meraih emas di Olimpiade 2016. Schooling keluar sebagai juara pada nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra.

 

 

 


Ujian Pemain Lokal

Fandi Ahmad resmi melatih Timnas Singapura untuk Piala AFF 2018. (Bola.com/Dok. FAS)

Pada Piala AFF 2018, Singapura berada di grup B bersama Indonesia, Thailand, Filipina, dan Timor Leste. Tahun ini,  Singapura tampaknya coba mengubah citra tim instan. Dalam susunan pemain timnas yang dilansir situs resmi Federasi Sepak Bola Singapura (FAS), hanya ada nama Jacob Mahler yang berstatus sebagai naturalisasi asal Denmark.

Di bawah asuhan Fandi Ahmad, Singapura perlahan mulai coba mengandalkan pemain 'lokal' termasuk anaknya, Irfan Fandi yang bermain di Young Lions. Pelatih yang pernah memperkuat Pelita Jaya tersebut juga menempatkan pemain-pemain veteran seperti Baihaki Khaizan dan Khairul Amri untuk membimbing pemain-pemain muda lainnya. 

Taktik ini tampaknya mulai menunjukkan hasil positif. Di bawah tangan dingin Fandi, Singapura menyapu bersih tiga laga ujicoba dengan kemenangan. Melawan Fiji dan Mongolia, Singapura menang 2-0, dan menang 2-1 atas Kamboja. Namun dengan komposisi baru, bukan perkara mudah untuk segera mengulang prestasi masa lalu. 

"Tentu saja setelah dua edisi sebelumnya, kami ingin memastikan bahwa kami lolos dari fase grup dan melangkah ke semifial. Baru bisa kita bicara mengenai memenangkan trofi Piala AFF," kata Kiper Singapura, Izwan Mahbud mengenai peluang Singapura tahun ini. 


Komposisi Belum Lengkap

Pelatih interm Timnas Singapura, Fandi Ahmad, dan kapten tim Sharil Ishak. (Bola.com/Dok. FAS)

Sejauh ini, komposisi The Lions belum lengkap. Fandi Ahmad selaku pelatih kepala baru mengantongi 17 nama yang pasti masuk timnya. "Saya masih mencari pemain No.10 dan saya akan mencoba wajah baru untuk memerankan posisi itu, pemain seperti Iqbal Hussain, Adam (Swandi), dan Gabriel," kata Fandi seperti dilansir Strait Times.

Di antara ke-17 nama itu, nama Faris Ramli sangat menonjol. Pasalnya, Faris cukup brilian di level klub bersama PKNS Malaysia. Pemain berusia 26 tahun ini pun diprediksi akan memainkan peran penting bagi Timnas Singapura di Piala AFF 2018.

Faris diketahui telah masuk timnas Singapura sejak 2013. Sejauh ini, Faris telah mencatatkan 42 caps dan empat gol bagi Singapura. Menurut situs AFF, Faris punya permainan dinamis dan bisa beroperasi sebagai pemain sayap atau gelandang tengah.

Ini membuat Faris bisa ditempatkan sebagai pengatur serangan.

Singapura akan memainkan laga perdana melawan Indonesia pada Kamis (9/11/2018) di National Stadium. "Di atas kertas, Thailand, Filipina, atau Indonesia adalah favorit, tetapi Singapura punya kesempatan yang sama," ujar Fandi.

 


Profil Timnas Singapura

Berdiri: 1892

Pelatih: Fandi Ahmad

Peringkat FIFA: 165

Prestasi Tertinggi di Piala AFF: Juara (1998, 2004, 2007, 2012)

Pemain Bintang: Faris Ramli

Jadwal Singapura di Piala AFF 2018

Kamis (9/11/2018): Singapura Vs Indonesia

Selasa (13/11/2018): Filipina Vs Singapura

Rabu (21/11/2018): Singapura Vs Timor-Leste

Minggu (25/11/2018): Thailand Vs Singapura

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya