Rupiah Perkasa, IHSG Menanjak 1,21 Persen

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa menyambut akhir pekan. Aksi beli investor asing turut menjadi katalis positif untuk IHSG.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Nov 2018, 16:21 WIB
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak perkasa menyambut akhir pekan. Aksi beli investor asing turut menjadi katalis positif untuk IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (2/11/2018), IHSG melonjak 70,37 poin atau 1,21 persen ke posisi 5.906,29. Indeks saham LQ45 menanjak 1,72 persen ke posisi 941,59. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 216 saham menanjak sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sementara itu, 171 saham melemah dan 120 saham diam di tempat. Pada Jumat pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.906,29 dan terendah 5.827,15.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham mencapai 433.282 kali dengan volume perdagangan 9,4 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,4 triliun. Di pasar regular, transaksi harian saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mencapai Rp 1,1 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,01 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat di Rp 14.967.

Sebagian besar sektor saham menanjak kecuali sektor saham tambang turun 0,50 persen dan sektor saham perdagangan menyusut 0,1 persen. Sementara itu, sektor saham barang konsumsi dan konstruksi kompak naik 2,41 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Sedangkan sektor saham manufaktur mendaki 1,9 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham MYTX naik 30,77 persen ke posisi Rp 170 per saham, saham TBMS melonjak 12,58 persen ke posisi Rp 850 per saham, dan saham GGRM mendaki 6,6 persen.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham YPAS turun 23,33 persen ke posisi Rp 690 per saham, saham WICO susut 20,31 persen ke posisi Rp 510 per saham, dan saham MAYA tergelincir 12,68 persen ke posisi Rp 6.200 per saham.

Seluruh indeks saham acuan di bursa Asia kompak menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng mendaki 4,21 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 3,53 persen, indeks saham Jepang Nikkei naik 2,56 persen.

Selain itu, indeks saham Thailand menguat 1,1 persen, indeks saham Shanghai menanjak 2,7 persen, indeks saham Singapura mendaki 1,81 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,63 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji, menuturkan penguatan IHSG didorong dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan penguatan saham emiten rokok.

 


Saham Emiten Rokok Menguat

Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pelaku pasar merespons positif langkah pemerintah tidak menaikkan cukai hasil tembakau pada 2019. Hal itu terlihat dari pergerakan saham emiten rokok menjelang akhir pekan.

Berdasarkan data RTI, Jumat (2/11/2018) pukul 15.17 waktu JATS, saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) melonjak 4,11 persen ke posisi Rp 3.800 per saham. Total frekuensi perdagangan 7.301 kali dengan nilai transaksi Rp 180,8 miliar.

Kemudian saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mendaki 5,57 persen ke posisi Rp 76.325 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 3.284 kali dengan nilai transaksi Rp 122,2 miliar. Harga saham GGRM sempat berada di level tertinggi 76.400 dan terendah 72.200.

Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menanjak 3,31 persen ke posisi Rp 156 per saham. Total frekuensi perdagangan 200 kali dengan nilai transaksi Rp 196,2 juta saham. Saham WIIM sempat berada di level tertinggi 158 dan terendah 152 per saham.

Namun, hal berbeda dialami saham PT Bentoel International Investama Tbk (RMBA). Saham RMBA turun tipis 0,61 persen ke posisi 328 per saham. Saham RMBA sempat berada di level tertinggi 330 dan terendah 314. Transaksi saham ini pun tidak ramai. Total frekuensi perdagangan hanya 16 kali dengan nilai transaksi Rp 4,3 juta.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji, menuturkan penguatan sejumlah saham emiten rokok didorong dari langkah pemerintah yang tidak menaikkan cukai rokok pada 2019. Hal itu dapat berdampak terhadap fundamental kinerja emiten rokok. Pemerintah pun merespons positif langkah pemerintah tersebut.

“Ini katalis positif bagi meningkatnya kinerja fundamental para emiten rokok,” ujar dia.

Nafan menilai, saham emiten rokok masih menarik dicermati hingga akhir 2018. Ia pun memilih saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) untuk dicermati pelaku pasar.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya