Liputan6.com, Kebumen - Fenomena El Nino berdampak pada mundurnya musim hujan di berbagai daerah di Indonesia, utamanya yang berada di selatan garis Khatulistiwa. Ini termasuk Kebumen, Jawa Tengah.
Ribuan Hektare sawah di Kebumen, Jawa Tengah tak bisa memulai musim tanam pertama (MT 1) 2018-2019 akibat mundurnya musim hujan. Tak hanya sawah tadah hujan, bahkan, El Nino berdampak pada sawah yang beririgasi teknis.
Pasalnya, sumber air untuk bendungan atau waduk mengecil. Imbasnya, waduk atau bendungan pun surut dan tak mampu menggelontorkan air di musim kemarau ini.
Waduk Sempor Kebumen misalnya. Volume air waduk di Kecamatan Sempor ini menyusut drastis seiring kemarau yang lebih panjang akibat El Nino.
Baca Juga
Advertisement
Saking susutnya, volume Waduk Sempor hanya di kisaran 5,526 juta meter kubik. Akibatnya, 6.478 hektare sawah yang mengandalkan aliran air dari Waduk Sempor ini tak bisa memulai musim tanam.
Padahal, untuk mengairi sawah di Daerah Irigasi (DI) barat dan timur dibutuhkan elevasi hingga 67.
Kepala Bagian Unit Pengelola Bendungan (UPB) Sempor, Darmaji mengatakan untuk memulai musim tanam, setidaknya Waduk Sempor berelevasi 67 atau masih kurang sekitar 25 juta meter kubik. Sebab itu, pengaliran air irigasi yang sebelumnya dijadwalkan dimulai pada 1 November 2018 harus diundur.
"Untuk saat ini, tanggal 1 November itu harusnya sudah dialirkan, tetapi, karena kondisi airnya mengalami defisit jadi tidak bisa dialirkan," ujarnya.
Untuk memperoleh debit setinggi itu, dibutuhkan curah hujan intensitas tinggi dan konstan. Sementara, hingga awal November ini, hujan hanya berintensitas rendah dan bersifat lokal akibat El Nino.
Waduk Sempor Terdampak, Bagaimana Wadaslintang?
"Jadi menurut ramalan BMKG, pada dasarian kedua Oktober itu sudah turun hujan. Akan tetapi, ternyata hanya gerimis sebentar berhenti, gerimis sebentar berhenti," katanya, Kamis, 1 November 2018.
Menimbang volume Waduk Sempor yang minim, air waduk ini hanya cukup digunakan untuk menyuplai kebutuhan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kebumen. Pelanggan tersebar di Kecamatan Gombong, Karanganyar, Sruweng, dan Kebumen dengan jumlah mencapai 15 ribu saluran.
Sebab itu, jika dialirkan maka dalam jangka sepekan Waduk Sempor akan kehabisan air. Karenanya, hingga saat ini otoritas Waduk Sempor memilih untuk tak mengalirkan air untuk pertanian terlebih dahulu.
"Elevasi hari ini masih 51,59 normalnya itu kan 72. Padahal, untuk memulai MT 1 itu paling tidak elevasi di 67," dia menerangkan.
Menyusutnya air di Waduk Sempor ini rupanya juga terjadi di Waduk Wadaslintang yang kapasitasnya lebih besar. Namun, lantaran sumber airnya relatif normal dan konstan, maka Wadaslintang tetap bisa mengairi sawah seluas 31 ribu hektare di daerah irigasinya (DI).
Dia menyebut, kapasitas Wadas Lintang memang nyaris 10 kali lipat dibanding Waduk Sempor dengan suplai air yang relatif lebih stabil. Sejak sebulan lalu Wadslintang telah mengalirkan air ke DI-nya. "Wadaslintang tidak terlalu terdampak," ucap Darmaji.
Dia menjelaskan, Wadaslintang sejauh ini telah mengalirkan 24 juta meter kubik untuk DI-nya. Rinciannya, pada 1 Oktober-15 Oktober dialirkan sebanyak 8 juta meter kubik. Lantas, pada 16-31 Oktober kembali dialirkan sebanyak 16 juta meter kubik.
Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan mengatakan musim hujan di selatan Garis Katulistiwa, memang mundur. Di Jawa Tengah, El Nino menyebabkanawal musim hujan mundur antara satu hingga tiga dasarian.
Lazimnya awal musim penghujan, hujan masih berintensitas ringan dan sporadis atau tidak merata. Diperkirakan pada November hujan mulai konstan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement