Kendalikan Inflasi, Pemerintah Berupaya Jaga Harga Pangan

Kementerian Koordinator Perekonomian menggelar rapat terbatas membahas soal pangan. Ini sebagai komitmen pemerintah stabilkan harga pangan.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Nov 2018, 20:12 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan panen perdana bawang putih di Banyuwangi, Kamis (22/3/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Perekonomian menggelar rapat terbatas membahas soal pangan. Ini sebagai komitmen pemerintah stabilkan harga pangan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menggelar rapat koordinasi (rakor) terbatas mengenai pembahasan pangan di Kantornya Jakarta.

Adapun sejumlah menteri yang hadir dalam rakor ini adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Selain itu hadir juga Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, mengungkapkan rakor kali ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam menstabilisasikan harga pangan. Apalagi Badan Pusat Statistik (BPS) pada kamis kemarin telah merilis laporan inflasi pada Oktober 2018 tercatat sebesar 0,28 persen.

"Jadi begini rakor kita pertama menstabilkan harga. Stabilisasi harga pangan karena kita lihat BPS baru baru diumumkan inflasi cukup baik dan ini dipertahankan dan kalau perlu inflasinya di tekan lagi ke depan," kata Amran saat ditemui usai melakukan rakor di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Amran menyebut, dalam hal ini beberapa komoditas antara lain harga beras, cabai, ayam, hingga telur akan terus dikendalikan.

"Begini jadi kita stabilkan harga seluruh pangan supaya inflasi terkendali jadi itu intinya seluruh komoditas," ujar dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Inflasi ini didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.

"Pertimbangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2018 secara umum menunjukkan kenaikan. Inflasi di pedesaan pada Oktober 0,35 persen. Tapi perlu diperhatikan ini tidak perlu disandingkan begitu saja karena metodenya berbeda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis 1 November 2018.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Kata Bos BI soal Inflasi Oktober 2018

Pedagang mengambil bumbu di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Selasa (3/4).Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Bulan Maret 2018 sebesar 0,20 persen sehingga inflasi tahun kalender mencapai 0,99 persen (year to date). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Tingkat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2018 (year to date) sebesar 2,22 persen dan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,16 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebut tingkat inflasi sebesar 0,28 persen tersebut karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyumbang sebesar 0,06 persen.

Seperti diketahui,PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs dan Solar nonsubsidi pada Oktober lalu. Sebagai contoh di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, dan Pertamina Dex Rp 11.850 per liter.

"Inflasi itu karena memang antara lain bensin (BBM) tinggi," kata Perry saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat, 2 November 2018. 

Perry menyebut, realisasi inflasi pada BBM melampaui  perkiraan BI yang diperkirakan hanya sebesar 0,02 persen. "Kami perkirakan hanya 0,02 persen ternyata kontribusi bensin 0,06 persen dari inflasi nasional 0,28 persen," ujar dia.

Meski demikian, inflasi hingga akhhir tahun 2018 diperkirakan masih akan terjaga dan tetap terkendali di bawah 3,5 persen plus minus satu persen. "Tahun depan juga dalam kisaran inflasi 3,5 persen dari PDB," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya