Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) sangat menyadari pentingnya peran museum dalam pendidikan dan pembentukan karakter bangsa.
BI juga menempatkan museum sebagai media komunikasi (communication tools) dalam setiap kebijakan yang telah dikeluarkan oleh BI.
Beragam kebijakan BI dari masa ke masa divisualisasikan melalui tata pamer dengan menerapkan media teknologi yang interaktif sebagai sarana komunikasi, edukasi dan pembelajaran masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
Demikian disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Ardityaswara dalam peresmian tata pamer Museum Bank Indonesia untuk klaster kelembagaan dan kebijakan, dan klaster arsitektur gedung pada Jumat (2/11/2018) di Jakarta.
"Perkembangan museum di dunia saat ini begitu pesat sejalan dengan ekspektasi masyarakat khususnya generasi milenial yang merupakan mayoritas pengunjung museum, menginginkan museum yang adaptif terhadap perkembangan sosial dan teknologi," Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Ardityaswara di Museum Bank Indonesia.
Sejalan dengan hal itu, pengembangan Museum BI diarahkan kepada tiga pilar. Pertama, tata pamer yang aktraktif dan interatif, melalui dukungan teknologi terkini dan tata pamer yang lebih komprehensif melalui penambahan materi sejarah kebijakan serta teknik tata pamer interaktif yang optimal.
Kedua, memperkuat strategi komunikasi melalui penyelenggaraan kegiatan level nasional dan internasional di Museum BI bekerjasama dengan Pemerintah, institusi/komunitas nasional dan internasional.
Terakhir, program edukasi publik melalui kegiatan edukasi publik yang smart, interaktif bekerjasama dengan pemangku kepentingan dan komunitas museum.
Pengembangan tata pamer museum BI dilakukan pada klaster kelembagaan dan kebijakan periode 2004-2011 dan 2012-2016, serta klaster arsitektur gedung merupakan wujud implementasi pilar I.
"Pengembangan tata pamer Museum BI pada kedua klaster tersebut diharapkan semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memahami dan menginternalisasi kebijakan Bank Indonesia serta manfaatnya bagi masyaraka," ujar Mirza.
Inflasi Oktober 2018 Capai 0,28 Persen, Ini Respons Bos BI
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Tingkat inflasi tahun kalender Januari-Oktober 2018 (year to date) sebesar 2,22 persen dan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,16 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebut tingkat inflasi sebesar 0,28 persen tersebut karena ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang menyumbang sebesar 0,06 persen.
Seperti diketahui,PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs dan Solar nonsubsidi pada Oktober lalu. Sebagai contoh di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax Rp 10.400 per liter, Pertamax Turbo Rp 12.250 per liter, dan Pertamina Dex Rp 11.850 per liter.
"Inflasi itu karena memang antara lain bensin (BBM) tinggi," kata Perry saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat 2 November 2018.
Perry menuturkan, realisasi inflasi pada BBM melampaui perkiraan BI yang diperkirakan hanya sebesar 0,02 persen. "Kami perkirakan hanya 0,02 persen ternyata kontribusi bensin 0,06 persen dari inflasi nasional 0,28 persen," ujar dia.
Meski demikian, inflasi hingga akhir tahun 2018 diperkirakan masih terjaga dan tetap terkendali di bawah 3,5 persen plus minus satu persen. "Tahun depan juga dalam kisaran inflasi 3,5 persen dari PDB," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement