Harga Minyak Merosot Imbas Sentimen Sanksi Iran

Harga minyak merosot sekitar satu persen pada perdagangan Jumat waktu setempat.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Nov 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak merosot sekitar satu persen pada perdagangan Jumat waktu setempat. Hal itu mendorong penurunan selama sepekan lebih dari enam persen yang didorong investor khawatir terhadap kelebihan pasokan minyak setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan akan sementara kehilangan delapan yurisdiksi dari sanksi Iran.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan keputusan itu dalam sebuah conference call. Keputusan itu dapat memungkinkan pembeli utama untuk tetap impor minyak Iran setelah sanksi ekonomi mulai berlaku Senin depan. Pompeo tidak menyebutkan yurisdiksinya, tetapi secara keseluruhan merupakan Uni Eropa yang memiliki 28 anggota, tidak akan menerima satu.

Berdasarkan sumber Reuters, India, Irak, dan Korea Selatan berada di daftar keringanan. Di bawah Undang-Undang (AS) pengecualiaan tersebut hanya dapat diberikan hingga 180 hari. Turki pun telah diberitahu akan menerima pengabaian atas sanksi AS terhadap penjualan minyak iran.

Harga minyak berjangka Brent pun turun enam sen ke posisi USD 72,83 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS merosot 55 sen atau 0,86 persen ke posisi USD 63,14 per barel.

Kedua harga minyak acuan itu telah jatuh lebih dari 15 persen dari level tertinggi dalam empat tahun yang disentuh pada awal Oktober di tengah kekhawatiran sanksi iran dapat menguras pasokan dari pasar global.

Iran menyatakan pihaknya tidak memiliki kekhawatiran atas reimposisi sanksi. Di twitter, dalam pesan yang dirancang untuk menekan kebijakan maksimum terhadap Iran, Presiden AS Donald Trump memasukkan foto dirinya sendiri yang mencontoh poster acara televisi popular dengan judul sanksi akan datang pada 5 November 2018.

"Sepertinya semua kekhawatiran tentang pengetatan pasokan karena hilangnya minyak Iran di pasar telah meredam,” ujar Direktur Tradition Energy, Gene McGillian, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (3/11/2018).

"Di atas itu, kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan global juga membantu pasar terus mencari titik terendah,” tambah dia.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Harga minyak telah berada di bawah tekanan karena produksi minyak dunia telah meningkat secara signifikan dalam dua bulan terakhir. Data Kementerian Energi Rusia menunjukkan negara itu memproduksi 11,41 juta barel per hari minyak mentah pada Oktober, tertinggi dalam 30 tahun.

AS percaya pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada 2019 sehingga lebih mudah bagi negara untuk memotong impor minyak Iran ke nol. Adapun organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) mendorong produksi minyak pada Oktober menjadi 33,31 juta barel per hari naik 390 ribu barel per hari dan tertinggi sejak 2016.

AS menantang Rusia menjadi produsen utama dengan produksi minyak mentah AS sekarang di atas 11 juta barel per hari.

Jumlah rig pengeboran minyak AS pun menurun pada pekan ini untuk pertama kalinya dalam empat minggu usai memangkas satu rig dalam seminggu hingga 2 November. Jumlah rig pun menjadi 874.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya