Penyelam Handal Menjemput Takdir di Lokasi Jatuhnya Lion Air

Penyelam Syachrul Anto ditemukan oleh tim SAR dalam kondisi pingsan mengapung, jauh dari lokasi semula evakuasi Lion Air.

oleh SunariyahHanz Jimenez SalimDian Kurniawan diperbarui 04 Nov 2018, 00:35 WIB
Syachrul Anto Pahlawan yang Gugur Saat Evakuasi Lion Air (Foto: Facebook Syachrul Anto)

Liputan6.com, Jakarta - Lian Kurniawati tak kuasa menahan air mata saat mengenang suaminya, Syachrul Anto. Laki-laki 48 tahun itu gugur dalam tugas, saat mencari korban dan serpihan pesawat Lion Air yang jatuh di Pantai Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, Jumat 2 November 2018.

Saat itu, mendiang Syachrul Anto tengah menyelam bersama rekannya untuk mencari barang atau korban Lion Air yang masih ada di dasar laut.

Namun, kata Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, saat evakuasi, rekannya tak melihat Syachrul.

"Satu pihak sedang mencari sesuatu, tiba-tiba menengok yang satu (Syachrul) tidak ada. Cari-cari tidak ada," ujar Syaugi di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (3/11/2018).

Rekan Syachrul itu langsung naik ke atas. Saat di atas, Syachrul ditemukan oleh tim SAR dalam kondisi pingsan mengapung, jauh dari lokasi semula.

"Ia pun langsung ditangani oleh dokter di lokasi dan sempat dimasukkan ke dalam chamber. Kita punya dokter, kita tangani dengan dokter. Setelah sadar kita masukkan di chamber untuk dikompresi. Kita punya peralatan itu semua," jelas Syaugi.

Dalam kondisi seperti itu, Syachrul kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Namun, takdir berkata lain. Suami Lian itu mengembuskan napas terakhirnya di rumah sakit tersebut.

Lian mengungkapkan, ia mendapat cerita suaminya masih sadar saat diangkat ke atas laut. "Enggak tahu persis, katanya dia masih sadar saat diangkat ke atas. Saya enggak sanggup mendengar detailnya," tutur Lian sembari mengusap air matanya.

Dia juga mendapat cerita bahwa sang suami bersama rekannya, sempat menjamak salat zuhur dan ashar, lalu turun kembali ke laut.

Lian sendiri mengaku, tak menduga suaminya akan pergi meninggalkan dia selama-lamanya secepat ini.

Pada Kamis 1 November lalu, ia sempat mengantar suaminya ke Bandara Kulon Progo Yogyakarta. Sang suami akan terbang ke Jakarta bersama rekan-rekannya untuk menjalankan misi kemanusiaan, setelah mendapat informasi soal pencarian korban dan serpihan pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Karawang.

"Kebetulan, sebelumnya kami ada urusan di Yogya. Dia (almarhum) tidak mungkin bilang tidak kalau urusan kemanusiaan," tutur Lian, Sabtu.

Diakui, saat berangkat ke Jakarta suaminya tidak membawa peralatan lengkap. Karena peralatannya ada di Makassar. Meski begitu, ia tetap berangkat ke Jakarta untuk ikut mencari korban Lion Air. 

"Terakhir menghubungi saya, Jumat paginya. Dia bilang kalau sudah diver dua kali (evakuasi Lion Air), pagi dan sore," katanya.

 


Pesan Terakhir

Lyan Kurniawati, istri dari penyelam Syachrul Anto yang meninggal dunia saat melakukan evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, menunjukkan foto-foto sang suami setelah prosesi pemakaman di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/11). (JUNI KRISWANTO/AFP)

Lian baru menyadari bahwa sang suami sempat mengirim pesan singkat melalui Whatsapp kepadanya, sebelum menyelam mencari korban dan serpihan Lion Air. 

"Sepertinya sudah firasat, tapi saya baru sadar sekarang," tutur perempuan 39 tahun itu.

Dalam pesan singkat itu, Syachrul menulis tentang sebuah pesan takdir. Berikut isi pesannya:

"Pagi itu, satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta. Petugas check in menyambut mereka dengan senyum.

Sekitar 180 orang mendekati takdirnya. Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat lebih awal karena ingin cepat sampai. Dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba-tiba.

Tak ada yang tertukar. Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah. Mereka ditakdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu tanpa dibedakan usia, proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan hari ini, hanya sebuah proses untuk jalan pulang, menjumpai Allah yang tertulis di Lauhul Mahfuz.

Sebuah catatan yang tidak pernah kita lihat, tapi kita jumpai. Takdir sangatlah rapih tersusun, kehendak Allah tak terjangkau dengan akal manusia. Allahu Akbar.

Lalu, kapan giliran kita pergi? Hanya Allah yang tahu. Kesadaran iman kita berkata Bersiap setiap saat. Kapanpun dan dalam keadaan apapun. Mari kita benahi ketaqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi. Hanya itu jalan terbaik".

Kepala Basarnas menegaskan, Syachrul meninggal bukan karena menyalahi prosedur penyelaman.

"Prosedur semua telah dilakukan, sudah dilewati, tidak ada yang keliru. Tidak ada yang terlewat. Baik kesehatan, peralatan hingga teknik berangkat ke medan operasi sudah siap semua," kata Syaugi.

Bahkan, semua penyelam yang membantu pencarian Lion Air sudah berpengalaman dan juga profesional.

"Semua penyelam ini handal dan profesional, saya lihat sendiri," tegasnya lagi.

Karena itu, Syaugi meminta untuk tidak khawatir ataupun meragukan kualitas penyelam yang ada. Sebab, tim SAR kali ini sangatlah solid.

"Jadi jangan khawatir si A lebih bagus, tidak. Kita ini tim gabungan yang solid dan sinergi. Yang penting ini bisa kita angkat semua, korban (Lion Air) kita bisa angkat semua," pungkas Syaugi.

Sebelumnya Dansatgas SAR, Kolonel Laut (P) Isswarto mengatakan, Syachrul meninggal diduga karena dekompresi.


Penyelam Handal

Syachrul Anto (48), relawan penyelam Basarnas asal Surabaya meninggal dunia saat bertugas melakukan evakuasi Lion Air PK-LQP. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Syachrul Anto diketahui sebagai anggota Indonesia Rescue Diver Team. Ia merupakan penyelam yang sangat berkualitas, dengan jam selam tinggi dan militan.

Dia penyelam berlisensi yang sudah 10 tahun menggeluti bidang yang disukainya.

Leader Indonesia Rescue Dive Team, Bayu Wardoyo mengatakan, Syachrul pernah terlibat dalam operasi penyelaman ketika Pesawat Air Asia QZ8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di perairan Pangkalan Bun pada 28 Desember 2014 lalu.

"Waktu Air Asia dia juga mengikuti (menyelam melakukan proses evakuasi pencarian)," ujar Bayu di JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (3/11/2018).

Semasa hidup, almarhum dikenal ringan tangan dalam melakukan tugas. Bayu mengungkapkan, Syachrul sosok yang suka menolong. Sehingga dia sering mengajak Syachrul jika ada misi penyelamatan.

"Dia tinggal di Makassar. Karena kebetulan dia seorang penyelam yang handal, dia kita ajak kalau ada misi-misi kayak gini," sambungnya.

Bahkan, lanjut Bayu, saat misi evakuasi Air Asia, pengusaha di bidang ekspedisi ini banyak menemukan dan mengangkat jenazah di dasar laut.

"Dia itu terlibat lama waktu kita Air Asia. Dia join. Dia salah satu orang yang cukup lama. Itu hampir tiga minggu. Dia salah satu orang yang paling banyak ngangkat jenazah ," tutur Bayu.

Sebelum terlibat dalam proses evakuasi Lion Air, Syachrul baru saja pulang dari tugas kemanusiaan gempa dan tsunami Palu.

 


Duka Cita Mengalir dari Basarnas hingga Jokowi

Lyan Kurniawati, istri dari penyelam Syachrul Anto yang meninggal dunia kala melakukan evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP, berdoa saat pemakaman di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/11). Syachrul Anto meninggal karena dekompresi. (JUNI KRISWANTO/AFP)

Kepergian Syachrul meninggalkan duka cita mendalam, tidak hanya bagi sang istri dan keluarganya. Tapi juga bagi Basarnas dan juga Indonesia.

"Saya sebagai Kepala Basarnas turut berduka yang sedalam-dalamnya atas gugurnya pahlawan kemanusiaan dari tim relawan kita. Demi tugas bangsa dan negara. Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada personel Indonesia Diver tersebut," pungkas Syaugi.

Duka cita juga disampaikan Presiden Joko widodo.

"Saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas meninggalnya penyelam kita Pak Syachrul Anto. Semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT. Semoga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan," kata Jokowi di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Sabtu.

Jokowi mengatakan, Syachrul memiliki peran dan kontribusi besar dalam evakuasi pencarian korban dan badan pesawat Lion Air PK-LQP di perairan Tanjung Karawang.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini berharap, tidak ada kejadian serupa yang menimpa penyelam dan anggota evakuasi lainnya.

"Ada 859 aparat relawan yang semuanya bersama-sama dalam rangka evakuasi atau mencari black box dan lain-lain, yang sudah lima hari ini kita lakukan pagi siang malam. Kita harapkan tidak ada kejadian lagi penyelam yang meninggal di lapangan," terang Jokowi.

Tak lupa, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya, Yusuf Masruh, atas nama pemerintah Surabaya juga mengungkapkan duka mendalam atas meninggalnya Syachrul Anto.

Ungkapan duka cita juga mengalir dari banyak pihak untuk Syachrul Anto, yang kini telah dimakamkan di tempat asalnya, di kawasan Bendul Mirisi Utara, Kecamatan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya