12 Keping 'Surga' di Sekotong Lombok

Di Kecamatan Sekotong, Lombok terdapat 12 gili, yakni, Gili Gede, Gili Penyu, Gili Lontar, Gili Poh, Gili Rengit, Gili Layar, Gili Asahan, Gili Goleng, Gili Nanggu, Gili Tangkong, Gili Suda, dan Gili Kedis.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2018, 07:00 WIB
Gili Nanggu di Lombok Barat (Sumber: dispar.lombokbaratkab)

Liputan6.com, Lombok - Dari kejauhan terpampang hamparan pasir putih berkilauan mengelilingi di sejumlah pulau atau gili di ujung bagian barat Pulau Lombok. Memang kontras sekali berpadu dengan hamparan air laut berwarna biru tua dan muda serta langit biru nan bersih, membuat mata tidak bosan-bosannya memandang pemandangan yang luar biasa itu.

Gelombang laut yang lembut semakin memikat perasaan untuk terus mengikuti pertunjukan alam semesta itu, selepas perahu dari tambatan di dermaga Desa Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Dari kejauhan tampak gili-gili kecil yang melambai-lambai memanggil untuk dikunjungi.

Setidaknya di Kecamatan Sekotong itu terdapat 12 gili, yakni Gili Gede, Gili Penyu, Gili Lontar, Gili Poh, Gili Rengit, Gili Layar, Gili Asahan, Gili Goleng, Gili Nanggu, Gili Tangkong, Gili Suda, dan Gili Kedis.

Menjelang tiba di pantai Gili Gede, seperti dilaporkan Antara, di bawah perahu yang ditumpangi terpampang akuarium alam dengan terumbu karang yang masih terjaga dengan baik serta sesekali terlihat ikan nemo berwarna merah yang muncul malu-malu dari balik bebatuan, semakin mengajak untuk menyelam ke dalam air mengikuti gemulai ikan yang menari-nari di air yang bebas dari polusi itu.

Bisa dikatakan perairan di seputaran gili itu persis dengan kolam renang yang berukuran besar karena ombaknya yang pelan karena lokasinya di teluk serta beningnya air. Dipastikan siapa saja yang mengunjungi objek wisata tersebut ingin berenang dan merasakan segarnya air di kawasan tersebut.

Ketika perahu tiba pantai Gili Gede itu, langkah kaki langsung disambut pasir putih dan sesekali melewati tumpukan kerang berbentuk bintang yang terbawa ombak dan mengering setelah terjemur teriknya sinar matahari.

Gili Gede ini memiliki luas sekitar 450 hektare atau panjang empat kilometer serta lebar lima meter dengan memiliki empat puncak bukit. Bentangan alam di perbukitan itu terlihat mengering setelah sekian lama tidak diguyur hujan. Berbeda halnya saat musim penghujan, pohon dan rerumputan menghijau. Namun, suasana demikian tidak menghalangi keeksotikannya.

Terlebih lagi tatkala melihat pohon asem yang berdiri di depan penginapan yang bangunannya berbentuk rumah adat Suku Sasak dan dedaunan pohon asem yang berwarna merah, berguguran pada sore hari, semakin menambah kekontrasan alam dan pengunjung terpaksa mengambil kembali telepon seluler dari saku celana untuk memotret frame demi frame.

Potret itu dipadukan dengan ayunan yang diikat di pohon asam itu dan semakin berat untuk mengangkat kaki meninggalkan daratan pulau yang bentuknya mirip anak kambing tersebut.

Di Gili Gede, pengunjung pun dapat berenang dengan aman di tepian pantai serta kalau ingin mencoba kano pun tersedia di sana. Di Gili Gede juga terdapat sejumlah spot untuk ber-snorkling ria.

 


Sunyi dan Tenang

Bisa dikatakan jualan untuk Gili Gede adalah kesunyian atau ketenangan jauh dari kebisingan hingga memikat banyak wisatawan dari mancanegara. Terlebih lagi di Gili Gede terdapat tempat parkir perahu yacht yang dimiliki oleh orang asing yang telah mengikuti rally dengan jalur Australia, Pulau Chrismast, dan Cape Town, Afrika Selatan.

"Kebanyakan pengunjung ke Gili Gede berasal dari Eropa, khususnya dari Jerman, serta tidak sedikit pula turis Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia," kata pemilik Thamarind Resor, Abubakar Abdullah.

Hal itu dibenarkan oleh pemuda setempat, Nur, yang menyebutkan banyak wisatawan asing yang memperpanjang menginap di Gili Gede karena kerasan untuk berlama-lama di sana. "Sering ada wisatawan dari Eropa yang semula menginap tiga hari, tapi diperpanjang menjadi lima hari," katanya.

Kebanyakan wisatawan asing itu, sudah sejak jauh-jauh hari memesan kamar melalui iklan online. "Kalau tidak dipastikan mereka tidak akan kebagian kamar," katanya.

Setiap tahunnya pada bulan Juni, Juli dan Agustus merupakan paling banyak pengunjungnya. "Sampai-sampai banyak tamu yang tidak kebagian kamar, hingga mereka rela tidur di tenda yang telah disediakan," kata Abubakar Abdullah, pemuda lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Mataram dan saat ini menjadi salah satu tokoh pemuda Gili Gede sebagai penggerak dunia pariwisata di daerah itu.

Kendati demikian, ia mengakui usai gempa di Lombok, wisatawan yang mengunjungi Gili Gede turun drastis bahkan sampai menurunkan tarif sewa kamar. "Tapi tetap sepi pengunjung," keluhnya.

Karena itu, dia mengharapkan pemerintah daerah setempat untuk melakukan promosi memperkenalkan kawasan wisata bahari di Sekotong tersebut karena selama ini terkesan dipinggirkan dibandingkan dengan kawasan Senggigi dan Gili Trawangan.

"Padahal keindahan alam di Gili Gede dan sekitarnya tidak kalah, bahkan lebih indah. Hanya sayangnya kurang promosi khususnya untuk wisatawan dalam negeri," katanya.

Memang apa yang dikatakan oleh Abubakar Abdullah, satu-satunya pemuda asal Gili Gede bergelar sarjana itu terbukti. Keindahan yang dimiliki Gili Gede dan sekitarnya berani diadu dengan kecantikan Gili Trawangan dari pantai, beningnya air dan cocok untuk snorkling, diving sampai memancing. Bahkan, untuk sekadar mendaki, pengunjung pun bisa menjajalnya mengikuti kontur ke empat puncak bukitnya dan berujung di tepi pantai berpasir putih.

Ingin memancing setelah puas bermain-main di pantai dan daratan Gili Gede, saatnya pengunjung merasakan sensasi bermain di perairan dari memancing sampai snorkling dengan menggunakan perahu yang bisa disewa untuk membawa pengunjung ke sejumlah spot yang menarik.


Surga Ikan

Soal pancing-memancing, jangan ditanya lagi, perairan Sekotong merupakan surga ikan laut, pemancing akan mudah mendapatkan ikan seperti kakap, baronang. Memang mengasyikkan memancing di laut itu.

Atau, mau mengintip ikan nemo, spot yang menarik di antaranya di Gili Rengit yang tidak berpenghuni itu dan berjarak sekitar 15 menit dari Gili Gede dengan menggunakan perahu. Perahu pun harus dijangkarkan sekitar 75 meter di bibir pantai karena khawatir kandas.

Sajian alam bawah laut semakin terasa, dengan melihat gerombolan ikan yang bebas berenang dan karang laut yang bersih dengan kedalaman bervariasi antara empat meter sampai dua meter. Selama ini, yang melihat keindahan bawah laut hanya di televisi atau menyaksikan film 3 dimensi, tempat itu akan menawarkan tontotan yang benar-benar fakta ada di depan mata khususnya gerombolan ikan berwarna-warni.

"Pak, kalau mau ikan-ikan kecil menggigit kita mirip refleksi, pake nasi saja," kata salah seorang kru kapal yang membawa pengunjung ke spot menarik tersebut.

Ini benar-benar fakta, saat butir demi butiran nasi dimasukkan ke dalam air, ikan kecil-kecil langsung menggerubungi kita. Benar-benar luar biasa suasana di bawah laut itu.

Tidak terasa sudah sekitar 45 menit, melakukan aktivitas snorkling dan perahu sudah sampai di bibir pantai Gili Rengit. Gili Rengit ini memiliki pasir putih yang bersih dan sesekali bertemu dengan para pemancing di batuan karang. Hasil ikan yang dipancing itu, ditunjukkan kepada pengunjung, berbagai jenis ikan terlihat di kantong berjaring itu.

Memang tidak membosankan menikmati keindahan alam di ujung barat Pulau Lombok itu. Saatnya untuk menggairahkan kembali wisata bahari di Pulau Lombok usai musibah gempa.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya