Berkenalan dengan Satu-satunya Penyelam Perempuan dalam Evakuasi Lion Air

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB saat penyelam perempuan satu-satunya dalam operasi evakuasi korban Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 tersebut turun dari kapal.

Oleh JawaPos.com diperbarui 04 Nov 2018, 19:48 WIB
Penyelam Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL saat mencari korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10). Penyelam menggunakan peralatan berteknologi tinggi dalam pencarian. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Karawang - Salah satu tim evakuasi korban Lion Air jatuh di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat, turun dari Kapal SAR Sadewa, Sabtu 3 November 2018 malam. Ada tujuh penyelam yang mendarat di Dermaga JITC II, Johan Majabubun salah satunya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB saat penyelam perempuan satu-satunya dalam operasi evakuasi korban Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 tersebut turun dari kapal. Namun, tak ada gurat lelah di wajahnya. Padahal, ini merupakan operasi penyelamatan pertamanya.

Sembari menarik napas, dia menuturkan soal evakuasi yang dilakukannya tersebut.

Selama menyelam di Pantai Tanjung Pakis, dia lebih sering berurusan dengan jenazah korban daripada puing pesawat Lion Air. Sebab, untuk urusan puing pesawat, sudah banyak yang mengambil.

Sepanjang evakuasi, dia menemukan jenazah korban yang tak utuh lagi. Biasanya, tubuh korban itu dimasukkan ke jaring khusus sebelum diangkat. Sebab, jika langsung dimasukkan ke kantong mayat, tidak bisa diangkat ke kapal karena berat terisi air.

"Jaringnya mirip tempat bawang merah atau bawah putih itu. Tapi, lebih kuat," ungkap Johan.

Namun, dia mengabaikan kesulitan dan rasa takutnya. "Saya sedih melihat kondisi korban dan membayangkan bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan," tutur perempuan yang tinggal di Depok, Jawa Barat, itu.

Bagi Johan sendiri, keluarga adalah segalanya. Hampir tiap hari pasukan penyelam dari POSSI yang melakukan evakuasi korban Lion Air berangkat pagi dan kembali malam. Ada pula yang sampai menginap di laut. Sementara, Johan memilih untuk pulang karena ada dua anaknya yang menunggu serta delapan anjing miliknya.

"Anak-anak sih sudah percaya saja. Saat pamitan, mereka biasa saja," ujar ibunda Jason, 20, dan Fiona, 14, tersebut.

Dua anak Johan juga mengikuti jejaknya sebagai penyelam.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Cita-Cita Sejak Kecil

Penyelam Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL muncul dari air saat mencari korban pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (30/10). Lion Air JT 610 hilang kontak pukul 06.33 WIB. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Johan mengaku, suka menyelam sejak dulu. Alasannya sederhana, dia suka bermain air. Dia pun tak sungkan berkecimpung di dunia yang didominasi laki-laki.

"Aku terbiasa dikelilingi laki-laki. Hobi olahraga ya basket, di tempat kerja banyak laki-lakinya juga," kata Johan.

Selain itu, dia kagum dengan indahnya karang dan pasir lautan. "Aku lebih mensyukuri hebatnya Tuhan. Sampai bikin manusia yang tak punya insang, tapi bernapas di dalam air," tutur dia.

Selain sebagai anggota Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), dia menjadi instruktur di Jakarta Offshore Training Center. Yakni, perusahaan pelatihan keselamatan kerja untuk bidang usaha di lepas pantai.

Meski sudah bertahun-tahun menjadi instruktur, pengalaman evakuasi korban kecelakaan pesawat baru kali ini dia ikuti.

Menurut dia, bekerja dengan banyak penyelam (total untuk rescue sesuai data Basarnas ada 154 orang), ternyata tidak mudah. Sebab, tiap penyelam tentu punya kemampuan yang berbeda-beda.

Johan yang punya sertifikasi A3 dari POSSI, kerap mendapati penyelam yang kurang punya kemampuan atau daya apung di dasar laut yang berlumpur.

"Ngepak lumpur jadi naik sehingga ganggu teman belakangnya," ujar Johan.

Ketua Dewan Instruktur PB POSSI Hanny Tambuwun mengungkapkan, Johan memang satu-satunya penyelam perempuan mereka yang turun dalam evakuasi korban Lion Air itu. Total ada 40 penyelam yang bergantian untuk turut membantu penyelaman dan menemukan korban.

"POSSI turun dalam berbagai musibah, selalu ada anggotanya yang terlibat. Baik perorangan maupun di tim lain ada kelompok yang adakan," kata Hanny di posko POSSI.

Dia menuturkan, para anggotanya yang ikut dalam evakuasi itu rata-rata sudah punya kemampuan khusus dalam rescue. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, mulai pensiunan pasukan khusus hingga pelatih pendidikan selam. Termasuk fotografer bawah laut.

"Begitu ada pengumuman singkat di grup WA (WhatsApp), teman-teman langsung antusias untuk ikut," imbuh Hanny.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya