Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto mengaku tengah bingung. Penyebabnya, pidatonya kerap dipersoalkan oleh sejumlah pihak yang berseberangan dengannya. Bahkan, pidato yang menurutnya sifatnya candaan pun ikut dipersoalkan.
"Saya baru keliling kabupaten di Jawa Timur. Mungkin saudara monitor. Saya bingung kalau bercanda dipersoalkan, saya ngomong begini, begitu dipersoalkan," kata Prabowo di pelataran GOR Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/11/2018).
Advertisement
Terbaru, capres nomor urut 02 itu dilaporkan ke polisi oleh seorang warga Boyolali bernama Dakun (47). Dia melaporkan Prabowo ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya setelah melihat pidato Prabowo di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa 30 Oktober 2018 lalu.
Dalam pidato di Boyolali tersebut, Prabowo menceritakan bagaimana pesatnya pembangunan Jakarta dengan gedung-gedung tinggi dan hotel-hotelnya yang mewah. Prabowo kemudian menyebut nama salah satu hotel termewah dunia yang juga ada di Jakarta.
"Kalau kalian masuk, kalian mungkin akan diusir, karena tampang-tampang kalian bukan tampang orang kaya. Tampang kalian ya tampang Boyolali ini," ujarnya di pidato tersebut.
Prabowo memahami sekarang adalah muslim politik. Tapi, haruskah setiap materi pidato selalu dipersoalkan. Dia mengambil beberapa contoh antara lain, saat membahas tentang ekonomi bangsa atau mengganti kata ibu-ibu menjadi emak-emak.
"Gak boleh ngomong ekonomi, gak boleh becanda. Sekarang istilah emak-emak gak boleh. Katanya gak bagus. Lah yang mau dia sendiri saya bilang ibu-ibu dia (kaum ibu) protes," ujar Prabowo.
Jadinya, sekarang Prabowo menjadi bimbang ketika diberikan kesempatan berbicara ke hadapan publik. Terlebih ketika candaannya dipermasalahkan.
"Jadi sekarang joke harus dibatasi. Ini dibatasi jadi saya bingung saya mau bicara apa," tutup dia.
Prabowo menegaskan dirinya berjanji menjadikan Indonesia negara berdikari. Janji bakal diwujudkan apabila diberi mandat untuk menjadi presiden di periode mendatang.
"Saya bersaksi di sini kalau Insya Allah saya menerima amanah rakyat indonesia, saya akan bikin indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri," ucap Prabowo.
Prabowo mengatakan, di bawah kepimpinannya Indonesia ke depan bakal perkasa dibidang pangan, air dan energi.
"Kita tidak akan impor apa-apa saudara saudara sekalian. Kita harus dan kita mampu swasembada pangan! mampu! Kita juga harus dan mampu swasembada energi," ucap dia.
"Swasembada bahan bakar. Kita gak perlu impor 1,3 juta barel tiap hari. Kita ga perlu kirim 30 miliar dollar tiap tahun ke luar negeri hanya untuk bayar bahan bakar," timpalnya lagi.
Selain itu, Prabowo juga berjanji menegakan keadilan bagi seluruh rakyat indonesia.
"Kita akan bela seluruh rakyat kita. semua lapisan akan kita bela dan kita akan berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan korupsi di Republik Indonesia ini," ujar dia.
Hanya Candaan
Juru Bicara pasangan Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, omongan Prabowo di Boyolali adalah bentuk candaan ke pendukungnya. Dan itu hal yang biasa.
"Pak Prabowo menggunakan istilah candaan wajah Boyolali itu biasa saja, kenapa? karena beliau berhadapan dengan masyarakat Boyolali yang pada saat itu, yang berkumpul itu pendukung beliau. Jadi Bercanda. Kita kumpul-kumpul juga suka bercanda dengan ringan seperti itu," ucap Dahnil di Cikini, Jakarta, Sabtu 3 November 2018.
Dia juga menjelaskan, apa yang disampaikan Prabowo, adalah untuk melihat kesenjangan ekonomi, khususnya dalam pembangunan.
"Statemen Pak Prabowo di Boyolali itu kan konteksnya Pak Prabowo sedang menjelaskan tentang kesenjangan-kesenjangan ekonomi. Kemudian pembangunan yang banyak misalnya di Jakarta pada saat ini. Sedangkan rakyat kebanyakan itu bisa tertinggal dan tidak bisa menikmati fasilitas yang ada di pembangunan itu," ungkap Dahnil.
Justru dia menyayangkan ada politisasi seolah-olah Pak Prabowo mengejek orang Boyolali hingga berbuntut pelaporan ke polisi.
"Justru saya pikir ini adalah upaya politisasi rasialisme. Jadi apa yang dilakukan oleh teman-teman dengan cara kemudian menggeser candaan Pak Prabowo bersama dengan pendukungnya, itu kemudian digeser menjadi isu rasialisme. Itu bahaya sekali loh," pungkasnya.
Dahnil juga mengungkapkan intonasi yang keluar dari mulut Prabowo bukanlah sebagai sikap emosional. Melainkan hanya bentuk teguran saja.
"Kejadian itu adalah kejadian di mana Pak Prabowo menegur bukan marah-marah mungkin karena intonasinya teman-teman lihat tinggi, tapi Pak Prabowo itu ke siapa saja, kalau ada yang keliru yang dianggap tidak pantas, itu biasanya beliau menegur langsung," ucap Dahnil.
Menurut dia, ini bagian dari watak Prabowo yang terus terang. Jika memang tidak suka, akan disampaikan langsung, bukan pura-pura.
"Beliau ini kan orangnya spontan. Jadi ketika melihat pada saat itu ibu-ibu, bapak-bapak di situ berisik, ketika ada pembagian buku, sedangkan Pak Prabowo sedang saat itu sedang berpidato, beliau langsung menegur itu memang watak Pak Prabowo. Beliau memang tidak harus pura-pura, tidak pura-pura suka, jadi ketika ada yang salah, beliau menegur langsung," ungkap Dahnil.
Dia menyayangkan, jika ada pihak-pihak yang memainkan dan menyebut ini sikap emosional. Itu sudah dipolitisasi namanya.
Sementara itu Sekjen PAN Eddy Suparno menyatakan, apa yang disampaikan Prabowo di Boyolali itu untuk memberikan penekanan bahwa masyarakat kecil sering mendapat diskriminasi dan marginalisasi.
"Tidak ada maksud mengejek dan merendahkan ataupun memberikan kata-kata yang justru mengkerdilkan masyarakat daerah tertentu. Saya kira tidak. Kita kan sering dengar istilah ndeso dan lain-lain. Saya kira itu bukan berarti kita merendahkan seseorang atau pihak tertentu atau kelompok tertentu. Tidak ada sama sekali," ujarnya di Jakarta, Minggu (4/11/2018).
Eddy mengaku prihatin segala sesuatu yang diucapkan Prabowo dipolitisasi.
"Coba kita berhuznudzon, berprasangka baik atas setiap kata dan tutur yang diucapkan. Jangan langsung kita menganggap itu penghinaan atau merendahkan," tegasnya.
Dia mengaku kasihan pihak kepolisian setiap omongan Prabowo dipolititasi dan berujung laporan ke polisi.
"Pihak kepolisian yang akan kelabakan menerima laporan masyarakat yang begitu banyak. Kita ingin menyampaikan sesuatu ke masyarakat kepada publik, tapi kalau sesuatu itu rawan diplintir dimana netralitas dan objektivitas kita dalam menyampaikan suatu hal," ujarnya.
Advertisement
Dilaporkan ke Polisi
Tak terima dengan pidato Prabowo Subianto, seorang warga Boyolali bernama Dakun (47) melaporkan calon presiden nomor urut 02 itu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya.
Pelaporan itu buntut dari pidato Prabowo di Boyolali, Jawa Tengah, Selasa 30 Oktober 2018 lalu.
Dalam laporan itu, yang tertuang bernomor : LP/6004/XI/2018/PMJ/Dit.Reskrimsus tertanggal 2 November 2018, Dakun tersinggung dan terhina lantaran Prabowo berkata soal 'tampang Boyolali'.
Ia merasa ucapan Prabowo melecehkan dan seolah-olah menyatakan warga Boyolali miskin dan tidak pernah masuk mal dan hotel.
"Itu terkesan miskin dan tidak pernah masuk mal atau hotel. Padahal, yang namanya hotel di Jakarta ini saya sendiri contohnya sering (ke hotel dan mall)," kata Dakun di Polda Metro, Jumat 2 November 2018 malam.
Katanya, tak sedikit tokoh dan pahlawan di Indonesia berasal dari Boyolali. Meski bercanda, Dakun merasa perkataan Prabowo tak layak diucapkan apalagi oleh seorang calon presiden.
"Seharusnya Prabowo yang calon presiden atau calon yang lain harus menyejukan apalagi sekarang lagi didengung-dengungkan masalah kampanye damai, harus bisa menyejukan hatilah, gitu," tegasnya.
Dalam laporan itu, Dakun membawa bukti-bukti berupa video pidato Prabowo, beberapa screenshot pemberitaan, pun transkrip pidato Prabowo.
Prabowo pun diancam Pasal 28 ayat 2 Juncto Pasal 45A ayat 2 UU RI Nomor 19 tentang ITE dan atau Pasal 4 huruf b angka 2 Juncto Pasal 16 UU RI Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan atau Pasal 156 KUHP.
Sementara itu, Politikus PKB Abdul Kadir Karding, menilai, calon presiden Prabowo Subianto telah menyakiti hati rakyat Boyolali. Bahkan masyarakat Indonesia.
"Pernyataan tersebut memang sangat menyinggung masyarakat Boyolali, dan saya kira juga masyarakat Indonesia. Dan tidak patut sebenarnya dilakukan oleh seseorang pemimpin seperti Pak Prabowo," ucap Karding saat dikonfirmasi, Sabtu 3 November 2018.
Dia menyebut, idiom soal kaya miskin, kemudian idiom soal penghinaan terus dipakai dalam berkampanye, bisa saja mengarah ke unsur rasis.
"Dan itu bisa dianggap sebagai kampanye yang mengarah kepada unsur-unsur yang sifatnya rasial atau rasis. Dan pola-pola kampanye ini sudah jelas meniru kampanye-kampanye yang dilakukan oleh seperti dilakukan oleh Trump di Amerika pada waktu itu," ungkap Karding.
Sebagai pemimpin, masih kata dia, ada banyak kata dan kalimat sapaan yang baik, yang justru tujuannya adalah memberi optimisme memberi kegairahan, dan mendorong agar dari yang kehidupannya sulit menjadi lebih baik, yang tidak selalu mengkotak-kotakkan orang berdasarkan jenis suku, jenis daerah dan sebagainya.
"Yang harus kita lakukan adalah membangun kolaborasi dan kerja sama, mendorong masyarakat untuk selalu bekerja sama, untuk selalu menjadi bagian dari prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika," pungkasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: