Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan India telah memiliki sejarah interaksi maritim yang begitu kuat sejak dahulu dan tercatat adanya peninggalan di beberapa wilayah Indonesia. Khusunya negara bagian Odisha yang terhubung melalui rute perjalanan kuno.
Hubungan kedua belah negara juga meninggalkan pengaruh kepada berbagai aspek mulai dari masyarakat, budaya, agama, kepercayaan, kuliner, hingga cipta kerajinan tangan. Patung-payung yang ada di ibukota Odisha, Bhubaneswar menggambarkan kesamaan seperti di Bali. Mulai dari motif serta metode pengukiran yang detail dan rapi.
Memperingati kedekatan budaya yang kuat dan menelusuri hubungan maritim Indonesia-India, KBRI New Delhi bersama Kementerian Pariwisata RI bekerja sama dengan Resource Indica: Roots & Revelations dan Mayfair Hotel menggelar peluncuran Coffee-table book "The Pride and Glory of Bali Yatra" dan Balinese Food Festival 2018.
Baca Juga
Advertisement
Festival tersebut dilaksanakan dari dari 29 Oktober hingga 3 November 2018 di kota Bhubaneswar yang dijuluki The City of Tempes. Festival kuliner sengaja diadakan sepekan menjelang digelarnya festival Bali Yatra yang dimulai 4 November 2018. Agenda ini dimaksudkan jadi pembuka festival tahunan penting bagi Odishan, sebutan orang-orang Odisha.
Ada pula agenda lain yakni pictorial exhibition, penayangan film dokumenter, paparan mengenai "bali recovery" dalam rangka revitalisasi minat kunjungan wistawan India ke Bali. Bali Yatra sendiri berarti A Voyage to Bali, festival tahunan akbar masyarakat Odisha yang dirayakan di pesisir sungai Mahanadi, distrik Cuttack, Gadahadia Ghata.
Ada serangkaian acara di festival ini seperti Bhalukuni Osha atau Khudurukuni Osha dan Bada Osha yang melambangkan nilai sejarah tinggi. Momen tersebut dimanfaatkan untuk mengadakan trade fair dan pameran, tidak kurang dari 1500 stand dari 30 distrik di Odisha ikut memeriahkan festival Bali Yatra.
Festival Bali Yatra diperuntukan kepada generasi muda tentang keberanian dan ketangguhan leluhur yang disebut orang-orang Sadhabas kuno (pelaut Oriya). Mereka mengarungi samudra luas untuk menjelajahi pulau-pulau baru hingga sampai di Nusantara seperti Bali, Jawa, Borneo dan semenanjung Sumatera, termasuk ke Sri Lanka di penghujung abad ke 2 (SM).
Sedangkan buku The Pride and Glory of Bali Yatra adalah kompilasi karya foto profesional Mr. Sudip Sen yang juga pernah dipamerkan di Odisha State Maritime Museum bekerja sama dengan Indian National Trust for Cultural Heritage dan The Times of India & Indonesia Tourism tahun 2017 lalu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Balinese Food Festival 2018
Kuliner khas Bali begitu diminati pengunjung di Balinese Food Festival 2018. Terdapat aneka menu yang meliputi sate lilit, lawar gedang kambing, janganan megoreng saos kacang, betutu siap, jaja betun bedil, udang mesanten, rubuh gintil dan udang sambel ulek jadi incaran pecinta kuliner di Bhubaneswar.
Persiapan kuliner khas sampai mengdatangkan dua pakar gastronomi Bali, Chef Anak Agung Alit Pujawan dan Chef I Made Rumada. Dibandrol 1,200 rupee atau sekitar Ro 240 ribu per orang, tidak menurunkan antusias pengunjung.
Mr. K.K. Rao, Executive Secretary Hotel & Restaurant Association of Odisha memberikan pujian untuk masakan Bali. "Saya pikir cita rasa ini punya nilai komersial yang tinggi, ayo kita buat restoran khas Indonesia di Odisha," jelasnya saat mencicipi sate lilit.
Bertempat di hotel Mayfair Lagoo, acara menampilkan nuansa Bali baik dari dekorasi di sudut-sudut ruangan. Keseruan ditambah dengan alunan irama musik Bali. Bersamaan dengan peluncuran buku The Pride and Glory of Bali Yatra, Balinese Food Festival 2018 digelar selama sepekan.
Kemeriahan ditambah dari duo srikandi dari Bali dengan tari-tarian seperti Sekar Jagad, Joged Bumbung, Cenderawasih, Oleg Tumbulilingan dan Penyembara. Acara dibuka secara simbolis oleh Dr. Komang Mahawira, Kepala Bidang Area I (India), Asdep Pengembangan Pemasaran II Regional 3, Kemenpar RI.
"Kita punya momentum sejarah yang kuat, yang dapat dijadikan landasan kerja sama yang kuat di masa depan. Peningkatan konektivitas seyogyanya menjadi keharusan dan ambisi bersama, sudah ada beberapa maskapai Indonesia yang masuk pasar India, namun kita masih perlu direct flight sebagai booster peningkatan people to people contacts, Dalam waktu dekat juga akan ada chartered flight dari Sabang ke Andaman Nicobar," jelas Dubes Arto Suryodipuro, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Minggu (4/11/2018).
"Menggali kesamaan cita rasa warisan leluhur perlu senantiasa dilakukan untuk membangun pemahaman lintas budaya dan kultur masyarakat yang sama-sama majemuk. Untuk itu, tahun depan kami akan hadir dengan skala festival yang lebih besar lagi," tambahnya.
Dubes Arto juga menyampikan tentang konektivitas maritim, bahwa saat ini Indonesia-India masih pada posisi zero direct shipping. Hal ini menjadi target berikutnya bersama para pengusaha dan shipping community untuk dapat melihat berbagai potensi yang tersedia. KBRI New Delhi senantiasa siap mendukung upaya-upaya peningkatan konektivitas antar kedua bangsa.
Advertisement