Perjalanan Koral Papua, Berakhir di Bandara

Selundupan dua koper koral tujuan Jakarta yang dikemas dalam 8 kotak plastik berhasil digagalkan petugas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Siapa bermain?

oleh Ahmad Yusran diperbarui 05 Nov 2018, 21:00 WIB
Foto: Ahmad Yusran/ Liputan6.com

Liputan6.com, Makassar - Selundupan dua koper koral  yang dikemas dalam 8 kotak plastik berhasil digagalkan petugas Bandara Internasiona Sultan Hasanuddin akhir pekan silam.

Barang selundupan berupa koral asal bawah laut Sorong, Papua Barat, tanpa dokumen resmi itu berhasil dibongkar petugas bandara saat melakukan pemeriksaan manual. Pemilik koper berinisial RI kemudian dibawa petugas bandara beserta barang bukti ke Balai KSDA KLHK.

Kepala Balai Gakkum KLHK Wilayah Sulawesi, M Nur saat dikonfirmasi membenarkan adanya dugaan kasus penyelundupan koral asal Sorong, Papua Barat yang gagal terbang melalui bandara internasional Sultan Hasanuddin.

Untuk pengembangan penyidikan, pihak BKSDA telah menyerahkan RI, pemilik koper dan barang buktinya berupa dua koper berisi koral ke Balai Gakkum KLHK untuk proses pengembangan penyidikan. Dan menurut keterangan penyidik terhadap RI.

"Ia diperintahkan oleh seseorang berinisial HE untuk membawa barang tersebut ke Jakarta dengan rute Sorong ke Makassar menggunakan kapal laut. Selanjutnya dari kota Makassar ke Jakarta akan menggunakan pesawat udara," ungkap M Nur kepada Liputan6.com, akhir pekan kemarin.

M Nur menjelaskan, RI juga mengaku dapat bayaran dari HE senilai Rp 1,5 juta ditambah transportasi udara Rp 2,8 juta untuk lolos membawa dua koper traveler berisikan koral  menuju Jakarta.

"Untuk menjaga kelestarian lingkungan beserta isinya kami mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan setiap pelanggaran lingkungan hidup ke penegak hukum guna dilakukan proses pengembangan penyidikan," kata Muh Nur.


Terumbu Karang Indonesia Saat Ini

Selundupan dua koper koral tujuan Jakarta yang dikemas dalam 8 kotak plastik berhasil digagalkan petugas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. (Liputan6.com/ Ahmad Yusran).

Sementara itu, Sapril Akhmadi pemerhati kelautan Sulawesi Selatan mengaku, kerusakan terumbu karang disebabkan dua faktor utama, yakni kerusakan oleh alam atau bencana alam dan kerusakan akibat aktivitas manusia.

Kerusakan oleh faktor alam, kata Sapril, seperti akibat terjadinya badai, tsunami, dan gempa bumi di laut. Sedangkan kerusakan oleh manusia seperti diakibatkan oleh cara penangkapan ikan di sekitar terumbu karang yang sifatnya merusak seperti menggunakan bahan peledak dan racun sianida.

"Aktivitas penambangan batu karang adalah kerusakan akibat manusia yang jauh lebih beresiko besar. Padahal terumbu karang (coral reef) Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia ini mencapai 2,5 juta hektar," kata Sapril.

Selain luas, terumbu karang Indonesia pun  memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Sedikitnya 750 jenis karang yang termasuk ke dalam 75 marga terdapat di Indonesia.

Sesuai data dihimpun Liputan6.com kondisi terumbu karang Indonesia masih memprihatinkan. Bahkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat, hampir sepertiga kondisi terumbu karang Indonesia mengalami kerusakan atau kurang baik.

Meski demikian kondisi ini telah mengalami tren membaik dalam sepuluh tahun terakhir. Karena sebanyak 30,4 persen dari total luas terumbu karang yang dimiliki oleh Indonesia berada dalam kondisi rusak atau tidak baik. Dan hanya sebesar 2,59 persen dan 27,14 persen yang dalam kondisi sangat baik dan baik. Selebihnya, 37,18 persen dalam kondisi kurang baik.

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya