Awal Pekan, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.967 per dolar AS hingga 14.985 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Nov 2018, 11:05 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. mata uang rupiah akan bergerak di kisaran 14.935 per dolar AS hingga 14.965 per dolar AS.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.972 per dolar AS pada Senin (5/11/2018) ini. Angka Patokan ini menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 15.089 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Bloomberg, rupiah dibuka di angka 14.976 per dolar AS, melemah sedikit jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.955 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.967 per dolar AS hingga 14.985 per dolar AS. Sedangkan jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,49 persen.

"Kurs rupiah bergerak menguat menjelang rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga 2018 yang diperkirakan tumbuh 5,20 persen (year on year)," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, dikutip dari Antara.

Menurut dia, meski pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat dibandingkan periode sebelumnya, namun masih cukup kuat menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap ekonomi nasional.

"Ekspektasi positif investor terhadap ekonomi Indonesia masih kuat," katanya.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, mata uang rupiah melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS. Sentimen mengenai inflasi yang dianggap stabil masih memberikan sentimen positif pada rupiah.

"Kali ini rupiah juga mendapat sentimen positif dari Bank Indonesia yang menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih solid dan telah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk menghadapi gejolak ekonomi global," katanya.

Ia memprediksi mata uang rupiah akan bergerak di kisaran 14.935 per dolar AS hingga 14.965 per dolar AS pada awal pekan ini.

Masih adanya sentimen positif dari dalam negeri diharapkan dapat mempertahankan posisi rupiah di area positif.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonom Sebut Penguatan Rupiah Hanya Sesaat

Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, ekonom dari Institute for Development Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyebutkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat ke level di bawah 15.000 pada pekan lalu hanya akan berlangsung sesaat.

Dia memprediksi, kurs rupiah bisa kembali menyentuh angka 15.150 pada pekan ini. "Penguatan kemarin diperkirakan tidak berlangsung lama. Rupiah pekan ini diproyeksi bergerak di kisaran 14.920-15.150," sebut dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (5/11/2018).

Adapun rupiah sepanjang Jumat, 2 November 2018 kemarin sempat bergerak di posisi 14.955 per dolar AS. Itu menandakan bahwa rupiah sudah melemah sekitar 10,33 persen sepanjang tahun berjalan 2018. 

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, salah satu pemicu bangkitnya nilai tukar rupiah yakni ada kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS dengan China yang direspons positif oleh para pelaku pasar keuangan.

"Perundingan Amerika-China ada kemajuan. Belum selesai, tapi ada kemajuan mengenai trade war (perang dagang)," ujar Mirza.

Namun begitu, Bhima menyatakan, rupiah bisa kembali melemah lantaran sentimen perang dagang bisa berbalik memanas. Dia merujuk ucapan analis keuangan yang juga Direktur National Economic Council, Larry Kudlow, yang menolak pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa saat ini Negeri Paman Sam tengah menyiapkan draft trade deal dengan China.

"Rilis data tenaga kerja AS cukup menguatkan sentimen kenaikan Fed rate akhir tahun ini.Nonfarm payroll meningkat 250 ribu orang pada bulan Oktober dan upah rata-rata naik 0,2 persen," paparnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya