Liputan6.com, Jakarta - Min-Liang Tan berasal dari keluarga Asia yang cukup tradisional. Ia semulanya diarahkan untuk menjadi pengacara, dan gelar hukum pun sudah ia kantongi. Menurut Forbes, ia memiliki kekayaan lebih dari USD 1 miliar. Namun kesuksesannya ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan profesi hukum.
Sebaliknya, segala keberhasilannya dimulai hanya dari sebuah mouse komputer. Berbekal kecintaannya pada game sejak kecil, pria asal Singapura ini mengubah hobinya menjadi bisnis dengan mendirikan Razer pada 2005.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip CNBC, Razer menjadi salah satu perusahaan gim terbesar di dunia dengan meraksasanya industri gaming yang sudah menyentuh angka USD 130 miliar (Rp 1.946,3 triliun). Tahun lalu, keuntungan Razer mencapai USD 517,9 juta (Rp 7,7 triliun) dengan nilai pasar USD 2,2 miliar (Rp 32,9 triliun). Begitu besarnya industri gaming saat ini, bahkan sampai mengalahkan bisnis perfilman global.
Pergerakan pesat industri ini didorong oleh aplikasi game seperti Pokemon Go, Candy Crush Saga, dan Angry Birds. Namun perusahaan Tan bukan perusahaan pencipta gim. Razer dikenal sebagai perusahaan produsen perangkat keras dengan spesialisasi di bidang gaming.
Fungsi mereka yang terperinci dan desain yang identik dengan warna hitam dan pelangi membuat Razer populer di kalangan komunitas game dan membuatnya memimpin industri e-sport, dimana orang berkumpul di suatu arena untuk melihat para gamer bertanding.
Sejarah Berdirinya Razer
Razer pertama kali didirikan oleh Tan bersama dengan Robert Krakoff dan berpusat di Singapura dan San Diego, California. Perusahaan ini didirikan hanya berbasis firasat, tanpa berbekal survei pasar.
“Untuk gamer dari gamer adalah moto Razer. Kami membangun ekosistem hardware, software, dan layanan yang begitu masif yang mengkhususkan diri pada satu individu, sang gamer,” jelas Tan.
“Salah satu senjata paling penting bagi gamer adalah mouse. Bagaimana kita bisa membuat mouse yang lebih baik? Atau dalam kasus ini, mouse game pertama di dunia. Kami ingin sesuatu yang lebih tepat. Kami ingin sesuatu yang lebih akurat.”
Ia mengirimkan sejumlah mouse ke teman-temannya dan menggali ide dari situ. Mouse gaming Diamondback menjadi produk pertama yang diluncurkan Razer. Pada 2006, Razer berkolaborasi dengan Microsoft dan meluncurkan mouse gaming lainnya, Habu, dan keyboard Reclusa. Dua tahun setelah berdiri, Razer berekspansi ke Jerman.
Fokus Razer juga mendapat sorotan dari para investor, termasuk miliarder Hong Kong Li Ka-Shing dan co-founder Credence Partners Koh Boon Hwee yang menjadi penyokong dana pada 2008. Pada tahun yang sama, tim atlet e-sport Razer juga turut membawa obor pada Olimpiade Beijing.
Pada 2012, Razer sudah menjadi sponsor dari 50 tim e-sport dari 30 negara. Penawaran umum perdana Razer pada 2017 meraup USD 528 juta atau Rp 7,9 triliun. Uang ini Tan gunakan untuk membuat lebih banyak produk.
Advertisement
Kecintaan pada Game
Sejak kecil, Tan sudah jatuh cinta pada dunia gaming. “Seperti anak-anak pecinta game lainnya, saya anak yang sulit. Selalu di depan komputer, bermain game kapanpun saya bisa. Orang tua saya akan memarahi saya: “Berhenti bermain terus-terusan.’ Tapi saya senang beberapa hal tidak berubah. Saya masih bermain game komputer setiap saat,” jelasnya.
Orang tua Tan bersikukuh mendorong Tan meneruskan gelar hukumnya. Ia akhirnya tidak memberitahu orang tuanya saat memutuskan berkarier di dunia gim dan mendirikan Razer.
Menurut kepala bagian keuangan Razer sekaligus teman masa kecil Tan, Edwin Chan, masih menjadi gamer saat sudah menjadi pebisnis adalah hal yang menarik bagi penggemar Tan. Beberapa fans begitu cinta pada Razer dan pendirinya sampai membuat tato logo Razer ular berkepala tiga.
Tan selalu ada saat perusahaannya membuka toko baru. Ia bahkan membagikan pizza bagi para fans yang mengantre di Manila pada 2015. Sukses membangun bisnis pada industri yang dicintainya, Tan selalu mencari petualangan baru.
“Setelah menjadi salah satu brand gaming terbesar di dunia, bisakah kami menjadi salah satu brand terbesar di bidang hiburan? Apa yang ada di depan? Itulah yang mendorong kami. Menurut saya itu bukan keberanian, tetapi tentang pencarian akan petualangan, dan mencoba melakukan hal-hal keren.” (Felicia Margaretha)