Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak melemah pada perdagangan saham hari ini. Gerak IHSG diprediksi diperdagangkan pada level 5.854-5.960.
Direktur Riset dan Investasi Kiwoom Sekuritas Indonesia, Maximilianus Nico Demus memprediksi laju IHSG akan tertahan selama November akibat sentimen eksternal atau global.
"Secara teknikal saya memperhatikan beberapa sektor di bulan ini yang memiliki potensi menguat seperti sektor keuangan, infrastruktur, aneka industri, dan consumer goods," tutur dia di Jakarta, Selasa (6/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
Nico menyarankan, investor sebaiknya menahan keinginan untuk melakukan pembelian surat obligasi. "Mengambil melalui lelang mungkin merupakan jalan yang terbaik. Pengambilan di pasar sekunder dapat dilakukan apabila harga obligasi berada di titik terendahnya, puncaknya bulan Desember ketika The Fed menaikan suku bunga acuannya," tambah dia.
Nico menjelaskan, seri-seri obligasi yang menjadi benchmark baru tetap bisa dilirik sebagai persiapan untuk memiliki obligasi yang baru. Adapun fixed rate 77 dan fixed rate 78, dapat menjadi sebagai primadona baru.
Berbeda, Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammaf Nafan meramalkan prospek pasar saham pada perdagangan hari ini justru menunjukan indikasi positif.
Dia meramalkan IHSG bakal melaju di zona hijau dengan perdagangkan pada level antara 5.870-5.951.
Sementara itu, Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi Taulat menyatakan, IHSG secara teknikal cenderung mengindikasikan momentum terkoreksi. Tren penurunan dalam jangka pendek membawa IHSG bergerak di support dan resistance antara 5.854-5.960.
Ditengah potensi tertahannya IHSG, saham laik untuk dibeli antara lain saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Sedangkan Nafan merekomendasikan saham yang cukup bervariatif antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), serta PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
Kemudian Lanjar menyarankan saham seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT JAPFA Tbk (JPFA), dan juga PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Laba Emiten di BEI Tumbuh 12 Persen
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan laba bersih dari perusahaan tercatat atau emiten tumbuh 12 persen atau Rp 26 triliun menjadi Rp 244 triliun pada kuartal III 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 218 triliun.
Pendapatan emiten naik 10 persen atau Rp 185 triliun menjadi Rp 2.061 triliun pada kuartal III 2018. Pada kuartal III 2017, pendapatan emiten mencapai Rp 1.876 triliun.
Sementara itu, total aset tumbuh enam persen atau Rp 510 triliun dari sebesar Rp 9.177 triliun pada akhir 2017 menjadi Rp 9.687 triliun.
Baca Juga
Sebanyak 405 perusahaan tercatat atau emiten sebanyak 78 persen membukukan laba bersih. 301 perusahaan tercatat atau sebanyak 58 persen membukukan kenaikan laba bersih jika dibandingkan periode sama pada 2017.
“Terdapat sebanyak 46 perusahaan tercatat yang pada periode 30 September 2017 membukukan rugi bersih menjadi membukukan laba bersih pada periode 30 September 2018,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Senin (5/11/2018).
Seluruh sektor mencatatkan peningkatan pendapatan dan aset dengan persentase peningkatan pendapatan terbesar dibukukan oleh sektor tambang, aneka industri, jasa perdagangan dan investasi.
Sedangkan persentase peningkatan aset terbesar dibukukan oleh sektor tambang, aneka industri, properti, properti dan konstruksi.
Sedangkan sektor yang membukukan persentase peningkatan laba bersih terbesar adalah industri dasar dan kimia, aneka industri dan properti, serta konstruksi.
Advertisement