Batu Bulan Dilelang hingga Rp 14 Miliar, Minat Beli?

Ada tiga batu Bulan berukuran kecil yang bakal dilelang pada 29 November 2018. Batu tersebut diambil oleh robot penjelajah Luna 16 milik Uni Soviet.

oleh Jeko I. R. diperbarui 07 Nov 2018, 08:00 WIB
Ilustrasi gerhana bulan total Juli 2018. (Foto: Bintang.com/Bambang E.Ros)

Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak bebatuan berharga yang dijual dengan harga tinggi. Namun, salah satu yang menarik perhatian adalah batu dari Bulan. Ya, batu ini benar-benar diambil dari Bulan.

Dilansir CNET, Rabu (7/11/2018), batu Bulan tersebut ternyata akan dijual di rumah lelang Sotheby's di New York, Amerika Serikat (AS).

Yang bikin geleng-geleng kepala, batu bulan tersebut akan dilelang dalam kisaran harga yang sangat tinggi, yakni US$ 700 ribu hingga US$ 1 juta (kisaran Rp 10 hingga Rp 14 miliar)!

Ada tiga batu Bulan berukuran kecil yang bakal dilelang pada 29 November 2018. Batu tersebut diambil oleh robot penjelajah Luna 16 milik Uni Soviet. Ia kembali ke Bumi pada September 1970.

Batu ini juga diklaim sebagai satu-satunya sampel dari Bulan yang sebetulnya bisa dimiliki oleh siapa saja--termasuk masyarakat umum (asal mereka berkenan mengikuti lelang).

Faktanya, sampel batu dari Bulan dikumpulkan oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat (AS) dan statusnya dimiliki oleh pemerintah kedua negara itu.

Menurut informasi Sotheby's, batu ini dulunya diberikan kepada Nina Ivanovna Koroleva.

Suaminya, Sergei Pavlovich Korolev, merupakan salah satu desainer dan direktur program luar angkasa Uni Soviet di era 1950-1960an.

Pada 1993 silam, Koroleva memberikan batu tersebut untuk dilelang di Sotheby's. Waktu itu, batu ini terjual dengan harga US$ 442.500 (setara dengan Rp 6,6 miliar). Batu tersebut memang sangat berharga karena dibuat dari basal dengan kristal feldspar.

 


NASA Bakal Kirim Manusia Kembali ke Bulan pada 2024

Gerhana bulan. (Ilustrasi: Huffington Post)

Terlepas dari batu Bulan, NASA dilaporkan bakal kembali mengirim manusia ke Bulan. Informasi itu disampaikan langsung oleh Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence.

Saat berbicara di Pusat Luar Angkasa Johnson NASA, Pence mengungkap misi pengiriman astronot ke Bulan akan dilakukan pada awal 2024.

Nantinya, astronot yang dikirim ke Bulan juga akan bisa tinggal untuk beberapa waktu yang lama. Tujuannya adalah untuk mengamati Bulan lebih dekat.

“Kali ini, kita tidak akan puas begitu saja meninggalkan jejak di Bulan. Kita akan selangkah lebih maju untuk bisa tinggal di sana,” ujar Pence seperti dilansir Mirror, Selasa (28/8/2018). 

Seperti diketahui, manusia pertama kali memijakkan kaki di Bulan saat misi Apollo 11 yang berlangsung pada 50 tahun lalu, tepatnya pada 20 Juli 2969.

Namun demikian, tak ada manusia yang kembali ke Bulan sejak Apollo 17. Misi terakhir ke Bulan dilangsungkan pada Desember 1972 silam.

 


Rencana NASA Bangun Stasiun Bulan

Gerhana bulan Juli 2018. (Ilustrasi: Bintang.com/Bambang E.Ros)

Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut sebetulnya sudah berencana untuk membangun stasiun bulan.

Badan Antariksa Jepang (JAXA) juga tengah memasuki tahap negosiasi kerja sama dengan NASA untuk sebuah proyek pembangunan stasiun luar angkasa baru di Bulan.

Rencananya, pembangunan stasiun ditujukan untuk mengirim astronot Jepang dan Amerika Serikat ke permukaan Bulan.

Upaya kerja sama ini diklaim JAXA sebagai salah satu langkah Jepang untuk selangkah lebih maju dalam bidang antariksa.

Karena itu, JAXA memilih NASA sebagai salah satu Badan Antariksa negara maju untuk mengembangkan proyek ini.

Sebelumnya, Rusia juga memutuskan untuk bekerja sama dengan NASA dalam membangun stasiun luar angkasa baru.

Tujuannya sama seperti Jepang, ingin memajukan industri antariksa di negaranya. Rencananya, stasiun luar angkasa milik Negeri Beruang Merah tersebut akan rampung pada 2020.

Rencana kemitraan JAXA dan NASA sendiri sudah tertuang dalam laporan pemerintah dan proposal soal peta jalan kebijakan luar angkasa pemerintah Jepang yang sudah direvisi.

Proposal dikirimkan ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Pengetahuan, dan Teknologi Jepang.

Jika tak ada kendala, proyek pembangunan stasiun Bulan akan berjalan pada akhir 2017. Demikian dikutip Asia Nikkei pada Minggu (10/12/2017).

Belum banyak informasi yang bisa diungkap dari proyek pembangunan stasiun Bulan milik JAXA ini. Hanya diketahui, dana yang akan digelontorkan pemerintah Jepang untuk membangun stasiun tersebut tentu akan sangat besar.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya