Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak otomatis membuat negara-negara Asia Pasifik bebas dari kelaparan. Laporan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, hampir setengah miliar orang masih kelaparan di Asia Pasifik.
Menurut laporan yang disusun oleh Food and Agricultural Organization (FAO) dan tiga lembaga PBB di beberapa kota besar seperti Bangkok dan Kuala Lumpur saja, masih ada keluarga miskin yang tidak mampu membeli makanan yang cukup baik bagi anak-anak mereka. Hal ini berkonsekuensi secara jangka panjang dengan rusaknya kesehatan dan produktivitas di masa depan.
Advertisement
Laporan tersebut mengatakan, pada 2017, lebih dari sepertiga anak-anak Bangkok tidak menerima pola makan yang cukup. Selain itu, hanya 4 persen anak-anak Pakistan yang mendapatkan makanan yang bisa diterima secara minimal.
Dilansir dari New York Post pada Selasa (6/11/2018), Direktur Regional FAO, Kundhavi Kadiresan, mengatakan untuk mencapai angka kelaparan nol pada 2030, dibutuhkan 110 ribu orang bebas dari kelaparan dan kekurangan gizi setiap hari.
Sementara itu, laporan tersebut mencatat bahwa jumlah orang kelaparan di Asia Timur dan Tenggara sangat tinggi. Hampir tidak ada perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Simak juga video menarik berikut ini:
Asia Timur dan Tenggara
Tingkat kekurangan gizi turun dari sekitar 18 persen pada 2005, menjadi 11 persen di 2011. Namun, masalah stunting terkait kelaparan karena ketidakamanan pangan dan sanitasi kurang memadai masih buruk. Paling tidak, 79 anak-anak di bawah lima tahun menjadi korban dari masalah ini.
Kondisi ini paling terlihat di India, beberapa negara Asia Selatan, Indonesia, Malaysia, dan Kamboja, serta mempengaruhi hampir satu dari 10 anak di Asia Tenggara dan 15 persen anak di Asia Selatan.
Sebaliknya, anak-anak yang kelebihan berat badan pun masih kekurangan gizi karena mereka bergantung pada makanan pinggir jalan yang tidak bernutrisi, melainkan hanya kaya minyak dan gula.
Advertisement