Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan ketua bidang kerja sama antar lembaga persatuan karyawan film dan televisi, Embi C Noer, di kantor Wapres, Jakarta Pusat.
Pertemuan tersebut juga dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Advertisement
Dalam pertemuan tersebut JK menjelaskan, Anies bersama Embi mengusulkan sastrawan dan sutradara film Indonesia Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional. Namun, usulan tersebut belum disetujui oleh JK.
"Pertemuan itu, dunia perfilman mengusulkan Usmar Ismail sebagai pahlawan nasional. Saya bilang begini, belum tahun ini karena sudah mepet. Yang harus mengusulkan kan daerah, dalam hal ini DKI," kata JK di kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa (6/11/2018).
JK menilai sosok Usmar Ismail cocok untuk jadi pahlawan di bidang perfilman. Dia juga menjelaskan sampai saat ini belum ada tambahan yang diusulkan dari pihak Embi. "Enggak, karena kan sekarang tanggal 10 diumumkan," ungkap JK.
Diketahui pengumuman pahlawan nasional dilakukan setiap peringatan Hari Pahlawan Nasional yang jatuh pada 10 November.
Tahun lalu, empat nama yang dikukuhkan mendapatkan gelar pahlawan baru, yakni alm. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari NTB, alm. Laksamana Malahayati dari Aceh, alm. Sultan Mahmud Riayat Syah dari Kepri, dan alm. Lafran Pane dari DI Yogyakarta.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Siapa Usmar Ismail?
Nama Usmar Ismail sudah tak asing bagi pecinta film di Indonesia. Pasalnya, ia adalah sineas yang mendapat julukan Bapak Perfilman Indonesia.
Semasa hidupnya, ia meraih sejumlah pencapaian yang sangat menonjol. Tak hanya itu, namanya kini bahkan diabadikan dalam beberapa hal.
Film yang disutradarai Usmar Ismail, Darah dan Doa, disebut sebagai film Indonesia pertama, karena digarap sepenuhnya oleh orang Indonesia. Film yang rilis pada 1950 itu sebenarnya bukan film pertama Usmar Ismail. Sebelumnya, ia mengarahkan film Harta Karun dan Tjitra.
Selain film-film ini, ia juga dikenal lewat karya-karyanya, seperti Lewat Djam Malam, Enam Djam di Djogdja, Tiga Dara, dan lainnya.
Reporter: Intan Umbari Prihatin
Sumber: Merdeka.com
Advertisement