Liputan6.com, Port Vila - Para ilmuwan di Adelaide, Australia Selatan, mengatakan mereka telah berhasil melakukan uji coba pada sistem peringatan tsunami sederhana dan murah di desa-desa kecil di Vanuatu yang dapat membantu menyelamatkan nyawa masyarakat di daerah yang rentan terhadap bencana alam.
Sistem peringatan dini tsunami--yang menggunakan receiver kecil yang terhubung ke klakson angin (airhorns)--dikatakan 100 kali lebih murah daripada sistem peringatan yang ada saat ini saat biaya yang berkelanjutan menjadi faktor yang sangat diperhitungkan.
Beberapa peringatan tsunami tidak dapat disampaikan selama bencana yang terjadi beberapa bulan lalu di Indonesia yang menewaskan lebih dari 1.300 orang dan menelantarkan ratusan ribu orang lainnya karena kerusakan jaringan seluler.
Dr Paul Gardner-Stephen dari Flinders University mengatakan teknologi baru itu tidak melibatkan peralatan besar yang kemungkinan akan rusak akibat badai dan timnya telah berhasil mengujinya bulan lalu.
"Kami saat ini berada di titik di mana kami telah berhasil membuktikan semua bagian kunci dari teknologi ini. Apa yang perlu kami lakukan sekarang adalah memungkinkan adanya pendanaan, dan hal terkait ini memang selalu menjadi tantangan, tetapi kami bisa memiliki unit prototipe sistem ini siap sebagai percobaan pada pertengahan 2019, " katanya, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (7/11/2018).
Baca Juga
Advertisement
Dr Gardner-Stephen menjelaskan bahwa sistem peringatan tsunami biasa menggunakan menara yang mahal untuk membeli dan memeliharanya, serta memerlukan instalasi oleh ahli, sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang rentan memiliki akses ke sistem tersebut.
Dia mengatakan teknologi baru ini menggunakan receiver yang sangat kecil dan murah dan tidak menggunakan antena piringan yang akan membutuhkan kalibrasi yang hati-hati.
"Apa yang kami lakukan dalam perbandingan adalah membuat sesuatu yang kecil, yang mendapat sinyal oleh satelit, sehingga tidak peduli apa yang terjadi pada jaringan seluler lokal ... kami tetap dapat menyediakan sistem peringatan tsunami dan bencana lainnya yang efektif seperti ini di desa-desa dengan biaya hanya sekitar $ 200 bukan $ 10.000," katanya.
"Sistem ini juga akan menyediakan desa-desa dengan stasiun radio lokal, sehingga mereka bisa mendapatkan berita, cuaca, informasi untuk membantu beradaptasi dengan perubahan iklim, keamanan pangan, keamanan air, semua hal yang bernilai bagi komunitas ini."
Dia mengatakan peringatan tsunami yang telah diuji di Vanuatu ini menggunakan sirine, yang bisa menjadi sesuatu semurah klakson udara (airhorn).
"Ini hanya perlu didengar di daerah di desa setempat," katanya.
"Cara-cara lama sangat cocok untuk kota-kota industri besar di mana Anda ingin sirene itu terdengar sejauh beberapa kilometer.
"Padahal dalam konteks desa-desa di pedesaan di wilayah Indo-Pasifik ... kita tidak perlu memiliki infrastruktur yang sangat mahal."
Simak video pilihan berikut:
Memanfatkaan Teknologi Sederhana
Dr Gardner-Stephen mengatakan ketika gempa berkekuatan 7,4 menghantam kota Palu, Sulawesi tengah bulan lalu, tsunami yang terjadi melanda hanya dalam waktu delapan menit kemudian pasca gempa, dan menewaskan sedikitnya 1.300 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Dia mengatakan, gempa itu melumpuhkan jaringan telepon sehingga peringatan tsunami tidak bisa dikirim ke desa-desa.
"Dan tentu saja di desa-desa terpencil ini ... mereka mungkin tidak memiliki listrik untuk mengisi daya telepon mereka sehingga ponsel mereka mungkin dibiarkan mati demi menghemat listrik kecuali ketika mereka perlu menggunakannya," katanya.
"Jadi semua komunitas kecil yang tinggal di kawasan terpencil yang jauh dari populasi utama sama sekali tidak memiliki cara untuk mendapatkan peringatan tsunami."
Dr Gardner-Stephen mengatakan purwarupa teknologi baru ini akan menelan biaya sekitar $ 500.000 dan peluncuran di negara-negara seperti Vanuatu mungkin akan menelan biaya sekitar $ 2 juta.
Dia mengatakan, sementara biaya akan jauh lebih rendah dalam jangka panjang, pendanaan masih merupakan "satu-satunya penghalang" yang menghambat peluncuran teknologi ini.
"Pekerjaan kami baru-baru ini di Vanuatu memakan biaya sekitar 1 persen dari investasi yang diperlukan untuk membuat menara peringatan tsunami konvensional," katanya.
"Kami memiliki kapasitas untuk bisa meluncurkan sistem peringatan tsunami di wilayah itu secara progresif dari sekitar akhir 2019.
"Kami tidak berbicara panjang lebar, kami bahkan tidak berbicara biaya keuangan yang besar untuk melakukan itu, tapi tentu saja kami harus mencari mitra."
Advertisement