Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila F Moeloek, menandatangi nota kesepahaman (memorandum of understanding atau MoU) bersama Menteri Negara untuk Kementerian Kesehatan, Kesejahteraan, dan Olahraga Belanda, Sybilla Dekker.
Penandatangan MoU ini dilakukan di sela-sela pertemuan tingkat menteri 'The 5th Global Health Security Agenda (GHSA)' di Bali Nusa Dua Convention Center 2, Bali pada Selasa, 6 November 2018.
Advertisement
Tujuannya, guna mempromosikan kerjasama kesehatan yang saling menguntungkan, selain untuk memperkuat hubungan persahabat Indonesia dan Belanda.
"Isi kerja samanya, secara umum nanti bisa kita perluas. Yang penting ada payung hukum antar kerjasama dengan Belanda," kata Menkes.
Menurut Menkes, banyak peluang kerjasama di bidang kesehatan yang bisa dilakukan kedua belah pihak.
"Saya mengharapkan perawat kita bisa dikirim ke sana. Bukan perawat saja, tapi care givers buat orang tua ketika (nanti) demensia," ujar Menkes.
Negara Belanda disebut Menkes memiliki Dokter Keluarga (family doctor) yang kompeten. Dengan dikirimnya perawat Indonesia ke negeri kincir angin, banyak ilmu yang bisa diserap dan mereka pelajari, termasuk caranya mengayomi pasien.
"Jadi, misalnya dia mendatangi pasien (ke rumah), dia bisa melakukan cek darah, dan obatnya pasien dia perhatikan," kata Menkes menambahkan.
Transit Hospital dan Joint Venture Investasi
Lebih lanjut, hal lain yang mungkin bisa dipelajari dari sistem kesehatan di Belanda, mengenai pengembangan transit hospital yang seharusnya bisa ditiru dan diterapkan di Indonesia.
Sehingga, bisa memperpendek waktu di rumah sakit setelah pasien menjalani operasi. Pasien akan dipindahkan ke transit hospital, untuk mendapat perawatan dari dokter umum dan tetap dipantau oleh dokter spesialis.
"Jadi, setelah 2 sampai 3 hari, kita pindah ke transit hospital. Di sana yang bekerja bukan dokter spesialis, tapi dokter umum atau perawat," ujarnya.
Hal lain yang Menkes harapkan dari pemerintah Belanda, dapat dilakukannya joint venture investasi di bidang produksi alat-alat kedokteran.
"Bukan barang-barang kedokteran yang besar, tapi bisa engga kalau kita usahakan equipment yang kecil kayak misalnya pinset dan gunting," kata Menkes.
"Saya mengharapkan yang keseharian dipakai, seperti kamu pakai masker. Masa masker saja mesti import? Masker, baju operasi, kasa steril sudah buatan Indonesia," ujar Nila menekankan.
Advertisement