Liputan6.com, Kabul - Afghanistan dilaporkan membuka jalur udara langsungnya yang pertama dengan China. Negeri yang dikeliling daratan itu konon telah mengirim 20 ton kacang pinus dalam penerbangan kargo perdananya.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan sejumlah diplomat senior China menghadiri upacara khusus itu pada Senin 5 November 2018 di Kabul. Mereka berharap koridor udara ini akan mengarah pada peningkatan ekspor buah segar dan kering dari Afghanistan ke pasar Tiongkok dan dapat mengatasi defisit perdagangannya yang sangat besar.
Advertisement
Selama satu tahun ini, Afghanistan telah membuka koridor udara dengan India, Turki, Kazakhstan, Arab Saudi dan Indonesia.
Menurut pernyataan Presiden Afghanistan, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (7/11/2018), 20 ton kacang pinus akan diekspor setiap hari ke China hingga akhir musim tahun ini.
Beijing adalah salah satu pengimpor terbesar kacang pinus Afghanistan.
Para pejabat Afghanistan memperkirakan koridor udara ini akan memungkinkan mereka mengangkut 23 ribu ton kacang pinus setiap tahun ke China, dan dapat menghasilkan pendapatan hingga 800 juta dolar.
Ghani menyebut kacang pinus, kacang pistachio dan jintan merupakan “harta tersembunyi” Afghanistan, seraya menyatakan koridor-koridor perdagangan ini akan memungkinkan Afghanistan menggunakan potensinya secara penuh.
Para pengusaha dan pedagang Afghanistan berharap bahan mentah, termasuk kunyit dan batu semimulia, yang didapati di Afghanistan, juga akan diekspor ke China melalui jalur yang baru dibuka itu.
Saksikan juga video berikut ini:
Hubungan dengan Filipina
Sebelumnya, China sedang meninjau cara-cara membangun prasarana-prasarana baru di kota pelabuhan Filipina kedua. Hal itu dilakukan sebagai penghubung dalam Belt and Road Initiative, guna memperluas perdagangan China di Asia Tenggara dan Pasifik Selatan.
Menurut situs web kantor kepresidenan Filipina, Menlu China, Wang Yi mengunjungi pelabuhan Davao City pada Senin 29 Oktober 2018, berbicara selama satu jam dengan Presiden Rodrigo Duterte.
"Kerjasama ekonomi China-Filipina itu dapat diperluas ke daerah-daerah baru, termasuk proyek-proyek Belt and Road Initiative," kata Wang seperti diberitakan kantor berita resmi Xinhua yang dikutip dari VOA Indonesia, Rabu 1 November 2018.
Filipina berharap, China berpegang pada janjinya Oktober 2016 lalu, untuk membantu sebesar US$ 24 miliar (setara Rp dalam bentuk dana dan investasi. Mereka khawatir terutama karena Filipina telah berjuang untuk sejalan dengan China karena sengketa kedaulatan maritim.
Memugar pelabuhan Davao yang kecil dan bobrok itu menjadi pelabuhan samudra akan meningkatkan bisnis bagi kota berpenduduk 1,6 juta jiwa yang menjadi pusat penghubung bagi pulau kaya sumber daya namun sebagian besar penduduknya miskin.
Pengusaha angkutan barang China dapat menggunakan Davao sebagai pelabuhan ekspor-impor ke dan dari negara-negara di selatan.
Advertisement