Bekraf: Indonesia Berambisi Masuk Lima Besar Pelaku Ekonomi Kreatif Global

Melalui gelaran WCCE, Indonesia merumuskan berbagai rencana untuk maju sebagai lima besar pelaku ekonomi kreatif global pada 2030 mendatang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 07 Nov 2018, 09:01 WIB
Jangan lupa, datang ke pameran koleksi istana.

Liputan6.com, Nusa Dua - Di tengah kian bergeliatnya ekonomi kreatif di tingkat global, Indonesia tergerak untuk menjadi pemimpin dalam mengembangkan berbagai potensinya. Memulai hal tersebut, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Kementerian Luar Negeri menggelar World Conference of Creative Economy (WCCE), yang bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), 6 hingga 8 November 2018.

Di sela-sela agenda welcoming dinner pada Selasa malam (6/11/2018), Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan dengan antusias bahwa WCCE adalah konferensi tingkat global pertama yang membahas tentang potensi ekonomi kreatif.

Disebutnya ada lima isu utama terkait ekonomi kreatif yang akan akan dibahas selama berlangsungnya WCCE, yakni kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem usaha, dan permodalan.

"Saat ini dunia mengakui ada 11 sektor ekonomi kreatif, sedangkan Indonesia mengklaim terdapat 16. Mengapa bisa berbeda? Karena Indonesia melihat ada banyak peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan beragam potensi ekonomi, bahkan (berasal) dari hal kecil, seperti penyedia kebutuhan sehari-hari saja, masyarakat kita bisa membentuk perekonomiannya sendiri, di lingkungan terdekatnya," ujar Triawan Munaf.

"Melalui semangat ekonomi kreatif, pemerintah berusaha membantu masyarakat untuk meningkat nilai dari kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Sederhananya, jika mereka mampu menggerakkan sebuah perdagangan kecil, maka melalui medium ekonomi kreatif, potensi perkembangan bisnis mereka di kemudian hari dapat meningkat dengan positif, dan hasilnya pun akan berdampak luas kepada pelaku dan komunitasnya," lanjut Triawan.

Ditambahkan olehnya, berdasarkan data terakhir pada 2016, Indonesia memiliki sekitar 8,2 juta usaha kreatif dengan jumlah pelaku aktifnya mencapai lebih dari 29 juta orang.

"Tahun 2016, kita (Indonesia) berhasil berada di posisi delapan pada daftar negara dengan semangat ekonomi kreatif tertinggi di dunia, itu menurut data PriceWaterHouse. Sekarang, targetnya dalah naik ke jajaran lima besar selambat-lambatnya 2030 nanti," ujar Triawan.

Adapun tentang tema yang diusung, yakni Inclusive Creative, Triawan mengatakan bahwa hal tersebut bertujuan menghadirkan pemahaman dan landasan bersama dalam pengembangan ekonomi kreatif di tingkat global. Kunci dari hal tersebut, menurut Triawan Munaf, adalah kolaborasi yang menyeluruh dari segenap rakyat Indonesia dan juga masyarakat di seluruh dunia.

"Kolaborasi ini dilakukan tanpa memandang batas usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, agama, ataupun letak geografis," tegasnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 


Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Negara

Agenda Friends of Creative Economy di hari pertama penyelenggaraan World Conference of Creative Economy di Bali Nusa Dua Convention Center, 6 November 2018 (Liputan6.com/Bekraf)

Diikuti lebih dari 30 negara dan 1.500 peserta, WCCE mengusung tema Inclusive Creative sebagai pesan Indonesia bahwa ekonomi kreatif dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi negara. Sumber dayanya, menurut Triawan Munaf, berasal dari ide dan gagasan manusia yang tak akan pernah habis.

Rangkaian acara yang berlangsung selama tiga hari ini dibuka dengan agenda Friends of Economy (FCE), yang dihadiri oleh delegasi berbagai negara, akademisi, pelaku kreatif, komunitas, dan media untuk merumuskan Deklarasi Bali yang akan dibawa ke Sidang Umum PBB tahun depan.

Konferensi ini juga menghadirkan lebih dari 20 tokoh ternama di dunia kreatif sebagai pembicara. Beberapa di antara mereka adalah CEO dan Co-Founder Net TV Wishnutama Kusubandio, CEO Tokopedia William Tanuwijaya, Presiden China Film Group Corporation Le Kexi, dan masih banyak lainnya.

Selain itu, sejumlah produk global juga turut hadir meramaikan eksibisi yang digelar dalam tajuk Culture Village, seperti beberapa di antaranya adalah Bukalapak, Disney, Mobile Legend, TikTok, dan lain sebagainya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya