Liputan6.com, Jakarta - Permasalahan order fiktif hingga fake GPS yang dilakukan sejumlah mitra pengemudi layanan transportasi online harus diakui masih terjadi.
Kendati demikian, penyedia layanan seperti Grab dan Go-Jek bukannya tanpa usaha untuk mengatasi masalah tersebut.
Baik Grab dan Go-Jek mengaku sudah menerapkan sejumlah fitur dan program agar aksi curang tersebut dapat diatasi.
Saat dihubungi Tekno Liputan6.com, Rabu (7/11/2018), Grab mengatakan pihaknya sudah memanfaatkan teknologi machine learning (pembelajaran mesin) dan artificial intelligence (kecerdasan buatan/AI) untuk mendeteksi aplikasi fake GPS dan order fiktif.
Baca Juga
Advertisement
"Ketika order demikian terdeteksi, akun yang menggunakan aplikasi (fake GPS) tersebut akan terblokir," tutur Head of Public Affairs Grab Indonesia Tri Sukma Anreianno.
Tidak hanya itu, Grab juga membuat program 'Grab Lawan Opik!' yang bekerja sama dengan Kepolisian.
Dalam program ini, Grab telah berhasil menangkap sindikat dan mitra pengemudi yang telah terbukti melakukan kecurangan di beberapa kota, seperti Jakarta, Makassar, Semarang, Surabaya, dan Medan.
Menurut Tri, gabungan program dan fitur ini terbukti telah mengurangi tindak kecurangan hingga 80 persen.
"Riset kami juga menunjukkan bahwa platform Grab dua kali lebih tangguh dalam menghadapi tindak kecurangan dibandingkan kompetitor lain di Asia Tenggara," tuturnya menjelaskan.
Tidak hanya itu, Grab juga mengambil sikap tegas terhadap pemesanan fiktif atau yang dikenal sebagai opik dengan melakukan akun mitra pengemudi.
Program ini, menurut Tri, merupakan komitmen Grab untuk menyediakan platform transportasi teraman bagi mitra pengemudi dan penumpang.
"Manajemen Grab tidak akan melakukan peninjauan ulang terhadap keputusan hubungan kemitraan (suspend) pada mitra pengemudi yang terbukti melakukan tindak kecurangan (fraud)," tutur Tri menjelaskan.
Fitur Grab untuk Atasi Fraud
Dalam penjelasannya, Tri juga menuturkan Grab sudah menerapkan fitur 'Anti-Tuyul'. Fitur yang diluncurkan pada Agustus 2018 ini memungkinkan Grab memblokir mitra pengemudi yang memiliki aplikasi fake GPS atau yang lebih dikenal 'Tuyul'.
Untuk mendapatkan kembali akses terhadap akunnya, mitra pengemudi harus menghapus seluruh apliksi fake GPS yang dimilikinya. Sementara untuk layanan GrabCar, ada pula fitur 'driver selfie authentication'.
Melalui fitur ini, mitra pengemudi diwajibkan mengambil dan mengunggah swafoto dirinya sebelum memulai atau meneruskan perjalanan. Cara ini dilakukan untuk memastikan hanya pengemudi terverifikasi yang memakai akun tersebut.
Perusahaan yang berbasis di Singapura itu juga mengklaim menjadi satu-satunya perusahaan ride-hailing yang secara ketat menerapkan prinsip 'Know Your Driver Partner' (KYP) untuk mitra pengemudi GrabCar.
Prinsip ini dijalankan dengan memeriksa seluruh dokumen fisik yang dimiliki mitra, seperti KTP, SIM, STNK, SKCK hingga bertemu langsung.
Serupa dengan Grab, Go-Jek sebagai salah satu penyedia layanan transportasi berbasis aplikasi menolak penggunaan aplikasi fake GPS atau order fiktif.
Namun, Go-Jek menerapkan sistem yang berbeda. Hal itu dituturkan oleh VP Corporate Affairs Go-Jek Michael Reza Say.
"Go-Jek pada dasarnya selalu menjunjung prinsip keadilan dan kejujuran. Penggunaan aplikasi GPS palsu merugikan mitra sendiri dan juga mitra lainnya yang bekerja dengan jujur," tuturnya.
Oleh sebab itu, Go-Jek telah menjalankan kebijakan Hapus Tuyul atau menghapus aplikasi GPS palsu di Jakarta, Bandung, Pontianak, Tegal, Surabaya, Medan, dan Balikpapan sejak Maret 2018.
"Hal ini merupakan langkah awal kami untuk memastikan ruang bekerja yang bersih, jujur dan adil bagi para mitra. Hingga saat ini kami telah berhasil menurunkan angka pengguna GPS palsu lebih dari setengahnya," ujar Michael.
Advertisement
Langkah Go-Jek Lawan Fraud
Dalam beberapa waktu ke depan, Go-Jek juga akan menerapkan sistem pengalokasian pengemudi yang diperbarui. Melalui cara ini, mitra pengemudi yang berlaku jujur akan mendapatkan lebih banyak pesanan.
Maksudnya, mitra pengemudi yang terdeteksi menggunakan aplikasi fake GPS atau aplikasi tambahan tidak resmi lainnya akan lebih sulit mendapatkan pesanan. Sementara mitra pengemudi yang tidak melakukannya akan lebih diuntungkan.
"Kami juga selalu mengimbau agar mitra driver menghentikan penggunaan GPS palsu karena dapat menganggu keamanan data dari akun mitra itu sendiri," tuturnya menjelaskan.
Dari sisi order fiktif, Michael menuturkan, sistem Go-Jek sudah lebih baik dalam mengidentifikasi dan menangani order fiktif. Menurut Michael, 90 persen pesanan fiktif telah berhasil dihentikan sebelum sampai ke aplikasi mitra pengemudi Go-Jek.
"Kami akan melihat pola anomali dari akun tersebut. Yang pasti, kami akan terus memperbarui sistem sehingga permasalahan ini dapat diselesaikan secara menyeluruh agar tidak mengganggu aktivitas para mitra," ucap Michael menutup pembicaraan.
Sekadar informasi, Grab dan Go-Jek harus diakui merupakan dua pemain utama di bisnis ride hailing di Indonesia. Grab sendiri kini sudah hadir di 137 kota di Indonesia, sedangkan Go-Jek telah berada di 70 lokasi.
(Dam/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: