Imigran Palestina Rashida Tlaib Jadi Muslimah Kedua yang Terpilih di Kongres AS

Rashida Tlaib membuat sejarah tersebut pada Selasa waktu AS, 6 November 2018, dengan memenagkan satu kursi di Kongres.

oleh Afra Augesti diperbarui 07 Nov 2018, 18:31 WIB
Rashida Tlaib, imigran asal Palestina di Amerika Serikat, berhasil terpilih sebagai anggota Kongres AS setelah mengalahkan lawan-lawannya dalam pemilihan penuh pada Selasa, 6 November 2018. (Paul Sancya/AP)

Liputan6.com, Michigan - Mantan perwakilan negara bagian Michigan, Rashida Tlaib, telah memenangkan pemilihan penuh dengan jumlah yang sangat signifikan di Distrik Kongres ke-13 Michigan pada Selasa, 6 November 2018 waktu Amerika Serikat.

Tlaib adalah Muslimah kedua yang berhasil meraih satu kursi di Kongres AS, setelah Ilhan Omar. Kedua wanita ini sama-sama berasal dari keluarga imigran. Tlaib adalah keturunan Palestina, sedangkan Omar berasal dari Somalia.

Distrik Kongres ke-13 Michigan, yang mencakup Detroit dan kota-kota pinggiran di sekitarnya, sebelumnya dipegang oleh John Conyers yang berasal dari Partai Demokrat. Ia mengundurkan diri awal tahun ini karena dituduh melakukan pelecehan seksual.

Karena tidak ada kandidat dari Partai Republik yang mumpuni, yang mampu menyaingi Tlaib, maka perempuan berumur 42 tahun ini bisa menang tanpa rintangan berarti. Dia pun dengan mudah memenangkan pemilihan umum di distrik yang sangat demokratis.

Terpilihnya Rashida Tlaib menjadi anggota Kongres merupakan tonggak sejarah baru di Amerika Serikat, yang saat ini hanya memiliki dua orang parlemen Muslimah, menurut laporan Pew Research Center.

Menurut Pew, sebagian besar anggota Kongres masih didominasi oleh orang-orang beragama Kristen (lebih dari 90%). Kenyataan ini tidak banyak berubah sejak 1960-an, meskipun ada lebih banyak perbedaan keyakinan di sisi Partai Demokrat.

Sebagai titik perbandingan, hanya 0,4% anggota Kongres yang merupakan Muslim, sementara 1,1% adalah agama lain yang ada di Amerika.

"Ini bukan tentang ada di Kongres dan memamerkan iman Anda," tegas Tlaib dalam wawancara bersama CNN.

"Saya selalu memberi tahu orang-orang bahwa saya mengekspos Islam dengan cara yang sangat penting, cara yang berdampak, melalui layanan publik," imbuhnya seperti dikutip dari Vox, Rabu (7/11/2018).

Tlaib adalah putri imigran Palestina dan penduduk asli Detroit (AS), menurut situs kampanyenya. Dia juga turut bergabung dalam gerakan 100 Muslim Americans, sebuah aksi yang menyerukan penolakan terhadap meningkatnya Islamophobia selama pemerintahan Donald Trump.

Tlaib juga merupakan salah satu dari banyak wanita yang mendominasi pemilihan kandidat Demokrat di Michigan. Ibu dua anak ini berhasil mengantongi 88,7% suara (108.093) dan membabat pesaingnya dari Working Class Party, Sam Johnson yang memperoleh 8% suara (9.751), serta Etta Wilcoxon dari Green Party yang mendapatkan 3,3% suara (4.073).

"Saya akan menjadi seorang wanita, seorang ibu, seorang Muslimah, seorang Palestina, seorang Arab dan begitu banyak dari lapisan lain dari identitas ini tergantung pada siapa saya berbicara dan apa yang mereka ingin kenali sebagai," ujar Tlaib kepada CNN.

Rashida Tlaib telah memperjuangkan sejumlah kebijakan progresif, termasuk mengkritik Immigration and Customs Enforcement (Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Wanita Muslim Kedua di Pemerintahan AS

Rashida Tlaib, sosok wanita muslim pertama yang terpilih sebagai anggota Kongres AS (AP/Al Goldis)

Sebelumnya, Tlaib diketahui menempati salah satu kursi di Dewan Perwakilan Michigan, di mana hal tersebut berasal dari kemenangannya pada 2008 silam.

Ia disebut sebagai wanita muslim kedua yang mengabdikan diri di Badan Legislatif Negeri Paman Sam, setelah Jamilah Nasheed di parlemen negara bagian Missouri.

Distrik Kongres ke-13 yang akan diwakilinya mencakup wilayah selatan Detroit di daerah Wayne County. Setelah garis batas diatur ulang pada 2012, Distrik 13 adalah satu-satunya wilayah kongres yang sepenuhnya berada dalam satu wilayah.

Kemenangan Tlaib terjadi di tengah apa yang dianggap sebagai peningkatan besar pada isu Islamophobia di seluruh AS, setelah pemilihan Donald Trump pada 2016, yang kemudian berkaitan dengan permusahan terhadap problematika imigrasi.

Tlaib, putri dari keluarga imigran Palestina, lahir di Detroit pada 1976, di mana ayahnya bekerja di perusahaan otomotif Ford. Dia belajar politik di Wayne State University dan kemudian melanjutkan ke jenjang pascasarjana di bidang hukum hingga lulus pada 2004.

Dipenjara Gara-Gara Trump

Sebelum meraih kemenangannya kali ini, Tlaib ternyata sempat menjadi pengecoh dalam kampanye yang tengah dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump pada Agustus 2016 lalu. Saat itu, Trump sedang berpidato dalam acara Detroit Economic Club.

Kesempatan itu digunakan Tlaib untuk tak henti memberikan pertanyaan mengenai isu pelecehan perempuan di tempat kerja. Pertanyaan tersebut dianggap sebagai serangan bagi Trump karena latar belakang Trump pun yang terdengar pernah melecehkan beberapa perempuan. 

Hal ini terlihat melalui postingan akun Twitter @Bdwal359, yang merekam pengusiran Rashida Tlaib saat Trump berpidato kala itu, dengan mengerahkan beberapa orang kemanan. 

Reaksi dari aksi yang dilakukan membuat Rashida akhirnya ditangkap. Namun, hal itu tidak membuatnya mundur. Justru, sikap berani yang ditunjukkan Rashida Tlaib sebagai perempuan muslim saat itu, membuat banyak orang tercengang dan mendukung dirinya di Kongres sebagai perwakilan suara yang tidak terdengar di daerahnya, Michigan.

"Seorang penduduk mengatakan dia senang saya berani maju, dan mereka terang-terangan akan memilih saya. Sungguh menakjubkan berinteraksi dengan banyak keluarga di lokasi jajak pendapat. Saya merasa sangat didukung," kata kandidat perempuan muslim yang tengah menjadi sorotan publik AS itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya