Produksi AS Cetak Rekor, Harga Minyak Merosot

Harga minyak tergelincir usai pasokan Amerika Serikat (AS) cetak rekor dan persediaan domestik melebihi dari apa yang diharapkan.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Nov 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak tergelincir usai pasokan Amerika Serikat (AS) cetak rekor dan persediaan domestik melebihi dari apa yang diharapkan.

The US Energy Information Administration (EIA) menyatakan persediaan minyak domestik meningkat 5,8 juta barel, melebih dari harapan analis. Hasil produksi sentuh 11,6 juta barel per hari. Produksi mingguan tersebut merupakan rekor. Berdasarkan data Agustus menunjukan produksi lebih dari 11,3 juta barel per hari.

Harga minyak AS melemah 54 sen ke posisi USD 61,67 per barel, hampir dekati 20 persen di bawah rata-rata tertinggi USD 76,41 per barel pada awal Oktober.

"Pasar masih membuktikan ini dapat berlanjut, jadi dalam jangka pendek masih negatif,” kata Analis Price Futures, Phil Flynn, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/11/2018).

Sementara itu, harga minyak Brent susut enam persen menjadi USD 72,07 per barel. Hal itu didorong dari laporan sebelumnya Rusia dan Arab Saudi sedang membahas apakah akan memangkas produksi minyak tahun depan.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sementara ekspor minyak Iran diperkirakan jatuh usai sanksi AS mulai berlaku pada Senin. Laporan OPEC telah indikasikan pasar minyak global dapat alami surplus pada 2019. Ini karena melambatnya permintaan. AS juga mengabulkan keringanan sanksi Iran kepada delapan negara yang impor minyak negara dari Iran.

“Pasar sekarang akan melihat OPEC dan produsen non OPEC untuk mengendalikan produksi karena AS telah memberikan delapan negara keringanan dari sanksi yang pada dasarnya menambah pasokan,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.

Rusia dan Arab Saudi, produsen utama minyak memulai pembicaraan bilateral tentang kembali memangkas produksi minyak pada 2019. Hal itu berdasarkan kantor berita Rusia TASS. Pada Juni, kelompok produsen memutuskan mengendurkan hasil produksi sejak 2017 usai tekanan dari Presiden AS Donald Trump.

Analis mengatakan negara itu mungkin lebih bersedia untuk memangkas produksi usai pemilihan paruh waktu AS berakhir.

"OPEC merasakan tekanan Trump tetapi produsen mengambil tindakan dengan pemikiran mereka hanya perlu melewati pemilihan AS. Kami berharap untuk mulai dengar komentar publik dari para menteri OPEC pada akhir pekan ini tentang menarik kembali produksi,” kata Analis Hedgeye, Joe McMonigle.

Sebuah komite menteri yang terdiri dari beberapa anggota OPEC dan sekutu bertemu pada Minggu di Abu Dhabi untuk membahas prospek pada 2019.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya