Usai Pemilu Paruh Waktu AS, Harga Emas Menguat

Harga emas membukukan kenaikan didukung melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pemilihan paruh waktu Amerika Serikat (AS).

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Nov 2018, 06:40 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas membukukan kenaikan usai empat sesi didukung melemahnya dolar Amerika Serikat (AS) di tengah pemilihan paruh waktu Amerika Serikat (AS).

“Saya melihat hasil (pemilu paruh waktu-red) mendukung dolar AS lebih rendah dan harga emas tinggi karena satu-satunya yang keluar dari kongres yang macet adalah pengeluaran lebih tinggi,” ujar Editor Gold Newsletter, Brien Lundin, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/11/2018).

Ia menambahkan, pengeluaran lebih besar dorong defisit lebih tinggi dan beban utang federal lebih besar. “Dengan kenaikan suku bunga, biaya pembayaran utang akan mencapai tingkat yang tidak terkendali tanpa depresiasi dolar AS yang signifikan,” ujar dia.

Harga emas pun menguat USD 2,4 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.228,80 per ounce di Comex. Kenaikan tersebut menghapus sebagian dari pelemahan 0,5 persen pada Selasa. Harga perak pun bertambah 0,5 persen menjadi USD 14.569 per ounce.

"Kami tidak akan mengharapkan dampak dari hasil pemilihan terhadap gerak harga emas bila melihat secara historis. Itu tidak memberikan lindung nilai yang baik terhadap risiko politik kecuali konsekuensi yang lebih luas untuk ekonomi dan pasar keuangan yang muncul," kata Analis Julius Baer, Carsten Menke.

Dari hasil pemilu paruh waktu AS, partai Demokrat mengambil kendali DPR dan partai Republik memperluas kekuatan di senat. Hal itu mendorong imbal hasil surat berharga melemah dan diikuti dolar AS.

Kongres yang terbagi juga dilihat sebagai kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan dapat mengejar pemotongan pajak lebih lanjut sehingga kurangi kekhawatiran defisit. Pelemahan dolar AS pun dipandang sebagai manfaat untuk emas karena membuat komoditas tersebut lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

 


Selanjutnya

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Menke menuturkan, emas reli 20 persen pada pemilihan paruh waktu pada 2010. Langkah tersebut didorong dolar AS lebih lemah dan pelonggaran kuantatif untuk the Federal Reserve.

Saat ini kebijakan the Federal Reserve cenderung memperketat dengan menaikkan suku bunga. Indeks dolar AS pun melemah 0,3 persen. Sedangkan sepanjang tahun berjalan 2018 naik lebih dari empat persen. Menke menambahkan, pergerakan harga emas pada fase awal ini sedang dalam pemulihan jangka panjang.

"Fase kedua harus dimulai tahun depan. Kami mengharapkan dolar AS untuk melemah, diikuti fase ketiga pengembalian permintaan safe haven setelah pertumbuhan dna kekhawatiran inflasi merambat ke pasar keuangan pada awal dekade berikutnya," kata dia.

Selan itu, menurut Chief Investment Office AS Global Investor, Frank Holmes, perayaan Diwali di India juga mendukung pergerakan harga emas.

“Diwali juga menguntungkan untuk membeli koin emas dan perhiasan sebagai hadiah untuk orang yang dicintai. Pada masa lalu permintaan meningkat cukup mendorong harga emas menguat," kata Holmes.

Ia mengatakan, permintaan koin dan perhiasan melemah jelang festival musim gugur lantaran pelemahan rupee terhadap dolar AS. Ini membuat, logam mulia itu kurang terjangkau kepada beberapa pembeli. Meski demikian, Holmes menuturkan, ekonomi India mencatatkan laju tercepat di dunia dapat mendukung permintaan emas dalam jangka panjang.

Sementara itu, harga logam lainnya yaitu platinum naik 0,8 persen menjadi USD 878,80 per ounce. Harga palladium menguat 2,3 persen ke posisi USD 1.120,70 per ounce. Harga tembaga mendekat USD 2.755 per pound.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya