Liputan6.com, Jakarta - Sekian tahun silam, filantropi atau kedermawanan sangat erat dengan orang kaya-raya yang memberikan uang di usia hampir pensiun. Dulu, logikanya mereka-mereka sajalah yang bisa berbagi meringankan penderitaan sesama. Padahal, untuk menunjukkan kecintaan pada orang lain, nyatanya banyak jalan yang bisa ditempuh dan tak melulu tentang uang.
"Filantropis itu kan sebenarnya bisa didefinisikan sebagai orang yang membantu. Tidak cuma uang. Bisa tenaga, waktu, dan pikiran," jelas Hamid selaku Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia saat jumpa pers Filantropi Indonesia Festival (FIFest) 2018 di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 7 November 2018.
Baca Juga
Advertisement
Dengan perkembangan filantropi sekarang, di mana sebagian besar merambah dunia digital, Hamid percaya, menunjukkan kepedulian pada sesama pun bisa jadi milik milenial. "Sekarang kan sudah banyak caranya. Misal, empati kanker. Itu mereka menumbuhkan rambut dan nanti dipotong dan dibeli lembaga. Hasilnya disumbangkan untuk membantu penderita kanker," tambahnya.
Inilah salah satu poin yang hendak ingin dibuktikan di FIFest 2018 pada 15-17 November 2018 di Cendrawasih Hall, Jakarta Convention Centre, Jakarta, yakni untuk berdermawan tak perlu menunggu tua dan punya banyak uang.
"Konsentrasinya pada inovasi produktif di bidang filantropi. Orang bisa menyumbang lewat beragam cara. Tidak cuma charity yang jangka pendek. Programnya sekarang jadi lebih banyak. Anti korupsi, pemberdayaan perempuan, dan masih banyak lagi," ujarnya soal tujuan Filantropi Indonesia Festival (FIFest) 2018.
Saksikan video pilihan di bawah ini: