Ini Pendorong Rupiah Menguat versi Bank Indonesia

Niai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tetap menguat pada perdagangan Jumat pekan ini.

oleh Merdeka.com diperbarui 09 Nov 2018, 15:15 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo. Dok: BI

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terus menguat setelah sebelumnya berada di posisi 15.000-an per Dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip data Bloomberg, rupiah pagi ini dibuka 14.645 per Dolar AS, sedikit melemah dibanding penutupan kemarin 14.539 per Dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, meski rupiah sempat dibuka melemah tipis namun trennya cukup menguat dalam beberapa waktu terakhir ini. Penguatan nilai tukar rupiah dipicu faktor domestik maupun luar negeri.

"Beberapa faktor tentu saja mendorong stabilitas maupun penguatan dari nilai tukar rupiah. Baik faktor dalam negeri maupun faktor luar negeri," kata dia di Jakarta, Jumat (9/11/2018).

Perry mengungkapkan, faktor pendorong rupiah menguat dari dalam negeri adalah seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik. Apalagi inflasi juga terus terkendali di bawah tiga persen.

Selain itu, instrumen BI mengenai aturan transaksi pasar Non Deliverable Forward (NDF) di dalam negeri atau Domestic Non Delivarable Forward (DNDF) juga diyakini menjadi faktor pendorong.

"Pemantauan kami terkait dengan DNDF itu berkembang cukap baik supply dan demand juga cukup berkembang, sehingga memang ini menambah kedalaman pasar valas dalam negeri," tutur dia.

Bahkan, sejak dikeluarkan dan pemberlakuan DNDF pada 1 september 2018 lalu, volumenya tercatat mencapai Rp 115 juta USD. "Dan supply demand juga bergerak sangat seimbang dan membaik dan apa yang kita liat ini memang mekanisme pasar," jelas dia.

Sementara itu, faktor luar negeri yang mendorong rupiah menguat adalah meredanya ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.

"Baik faktor global dan maupun faktor domestik tadi yang memang mendorong nilai tukar rupiah bergerak menguat dan stabil. Sekali lagi ini adalah sesuai dengan mekanisme pasar," dia menandaskan.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Rupiah Masih di Kisaran 14.600 per Dolar AS

Petugas tengah menghitung uang rupiah di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Mengacu data Bloomberg, rupiah siang ini pukul 12.00 WIB di pasar spot exchange sebesar Rp 13.775 per dolar AS atau menguat 4,7 poin. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Niai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tetap menguat pada perdagangan Jumat pekan ini.  Pergerakan rupiah cenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

Mengutip Bloomberg, Jumat (9/11/2018), rupiah dibuka di angka 14.645 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.539 per dolar AS. Namun menjelang siang, rupiah menguat ke level 14.607 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.607 per dolar AS hingga 14.684 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih melemah 8,06 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.632 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.651 per dolar AS.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, pergerakan rupiah cenderung mulai tertahan terhadap dolar AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Desember.

"Menjelang pertemuan The Fed, pergerakan rupiah berbalik turun," katanya dikutip dari Antara.

Ia menambahkan peluang bagi the Fed untuk kenaikan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) secara berkala membuat pelaku pasar kembali beralih ke dolar AS.

"Pengetatan moneter di Amerika Serikat masih terus berlangsung hingga tahun mendatang," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir ini juga turut dimanfaatkan oleh sebagian pelaku pasar untuk ambil untung.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan dolar AS masuk dalam fase konsolidasi setelah hasil pemilu sela kongres Amerika Serikat yang sudah sesuai prediksi pasar.

"Penguatan dolar AS mengindikasikan investor masih cukup berminat pada aset di Amerika Serikat," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya