Liputan6.com, Gorontalo - Mandi Safar merupakan ritual yang lazim dilakukan warga Gorontalo sejak puluhan tahun lalu. Tradisi ini merupakan tradisi yang diturunkan kerajaan Atinggola di setiap awal bulan Safar, dalam penanggalan bulan Islam atau tahun Hijriyah.
Pantauan Liputan6.com, Kamis 8 November 2018, ritual ini biasa dibanjiri ribuan masyarakat yang menyaksikan maupun yang ikut mandi.
Baca Juga
Advertisement
Acara biasa dimulai dengan doa syukur bersama di bantaran Sungai Bone kemudian dilanjutkan dengan mandi bersama lewat percikan air sungai. Ritual ini dipercaya dapat menolak bala dan mendatangkan rejeki bagi yang melakukannya.
Wakil Bupati Bone Bolango, Moh Kilat Wartabone mengatakan, sejak dulu tradisi ritual ini sudah ada yang dikemas dengan wisata budaya lokal Gorontalo. Tujuannya untuk menarik sejumlah kunjungan dari dalam dan luar Provinsi Gorontalo.
"Maka kita tidak perlu heran lagi kenapa setiap ritual mandi safar ini serig diikuti oleh banyak orang, bahkan ada riabuan hingga memenuhi bantaran sungai," ungkapnya.
Ia menambahkan, kali ini ritual mandi safar dilaksanakan di Kecamatan Suwawa, Kabupten Bone Bolngo tepatnya di bantaran sungai bone. Ribuan masyarakat suwawa dan Gorontalo membanjiri lokasi. Diawali dengan doa syukur bersama di bantaran sungai Bone, yaitu sungai terbesar Provinsi Gorontalo tersebut.
Kemudian masyarakat akan mandi bersama dari air percikan sungai.
Seluruh masyarakat harus mandi ataupun terkena air percikan sungai yang telah didoakan, sebagai rasa syukur dan mengharapkan berkah dari yang maha kuasa.
"Mandi di sungai ini dipercaya warga dapat menolak bala dan mendatangkan rezeki," kata Wakil Bupati.
Doa Bersama
Saat ini, pemerintah daerah mengemas ritual mandi Safar menjadi wisata budaya, dengan harapan ajang tahunan tersebut mampu mempopulerkan daerah itu secara keseluruhan. Apalagi pelaksanaannya juga difokuskan Kabupaten Bone Bolango.
Selain melakukan doa bersama dipandu para imam dan tokoh adat setempat, ribuan warga menggelar ritual mandi Safar dengan makan bersama dari berbagai menu olahan potensi sumber daya alam di daerah itu, seperti jagung, durian, sagu dan sajian menu menarik dengan cita rasa khas tradisional.
"Makan bersama dan berbaur dengan masyarakat tanpa sekat, merupakan ucapan syukur atas berkat yang diberikan bagi masyarakat dan daerah ini," ungkap Wakil Bupati.
Selain itu salah satu pengunjung, Rezki Otane mengatakan bahwa mandi safar merupakan agenda tahunan yang mereka tunggu-tunggu “alhamdulillah saya berama keluarga bisa kembali mengikuti ritual mandi safar ini, karena ini memang sudah tradisi yang saya ikuti sejak kecil berharap keberkahan melalui percikan air yang sudah didoakan,” ungkapnya kepada Liputan6.com.
"Saya bersama keluarga sudah segak pagi menunggu ditempat ini untuk bisa merasakan langsung ritual tahunan ini, kemudian juga hal ini sebagai salah satu edukasi kepada anak-anak saya untuk bisa mengenal tradisi budaya nenek moyang kita,” lanjut Rezki
Ia berharap, bahwa tradisi ini tetap dilaksanakan secara turun temurun dan jangan sampai putus “melalui pemeritah Kabupaten Bone Bolango saya berharap agar bisa melestarikan budaya dan tradisi ini minimal ada proses kaderisasi kepada kaum muda dalam melaksanakan rituan ini, sebab kalau hal ini berkembang saya yakin dan percaya ini akan menjadi wisata budaya di Kabupaten Bone Bolango," tandasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement