Kejatuhan Harga Minyak Tekan Wall Street

Sektor energi dalam indeks S&P 500 turun 0,4 persen, melanjutkan pelemahan 2,2 persen pada sesi sebelumnya.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Nov 2018, 05:22 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) dengan ketiga indeks utama berada di zona merah. Sentimen pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut adalah kejatuhan harga minyak.

Mengutip Reuters, Sabtu (10/11/2018), Dow Jones Industrial Average turun 201,92 poin atau 0,77 persen menjadi 25.989,3. Untuk S&P 500 kehilangan 25,82 poin atau 0,92 persen menjadi 2.781,01. Sedangkan Nasdaq Composite turun 123,98 poin atau 1,65 persen menjadi 7.406,90.

Harga minyak turun hampir 1 persen pada perdagangan Jumat dan merupakan penurunan harian terbesar dalam beberapa pekan terakhir. Harga minyak turun karena adanya peningkatan pasokan di dunia sehingga membuktikan bahwa terjadi perlambatan ekonomi global.

AS secara resmi menjatuhkan sanksi hukuman kepada Iran pekan ini tetapi memberikan kebebasan sanksi sementara kepada delapan negara untuk tetap bisa membeli minyak dari Iran.

"Minyak ini menakutkan pasar. Jika harga minyak turun itu sebagai tanda bahwa ekonomi global sedang ada perlambatan," jelas analis Independent Advisor Alliance, Charlotte, North Carolina, Chris Zaccarelli.

Sektor energi dalam indeks S&P 500 turun 0,4 persen. Melanjutkan pelemahan 2,2 persen pada sesi sebelumnya ketika harga minyak mentah AS mengkonfirmasi kejatuhan 20 persen dari angka tertinggi terakhir.

“Saya pikir Wall Street akan turun lebih rendah dari posisi terendah Oktober. Pertumbuhan ekonomi melambat tetapi tidak akan cukup lambat untuk menghentikan Fed untuk mendorong suku bunga," jelas Jim Paulsen, kepala analis Leuthold Group di Minneapolis.

Delapan dari 11 sektor utama dalam indeks S&P 500 mengakhiri hari lebih rendah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perdagangan Sebelumnya

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Pada perdagangan sehari sebelumnya, Wall Street ditutup bervariasi, dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup sedikit lebih rendah sementara Dow naik.

Pasar saham kali ini dipengaruhi pernyataan Federal Reserve, dan penurunan saham energi seiring jatuhnya harga minyak mentah AS.

Usai menggelar pertemuan selama dua hari, Bank Sentral AS mengatakan bahwa data pekerjaan yang kuat dan pengeluaran rumah tangga menjaga ekonomi AS berada pada jalurnya.

Namun kondisi investasi bisnis yang dimoderasi lebih cepat pada awal tahun, menciptakan kemungkinan hambatan pada pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Selain komentar tentang investasi bisnis, pernyataan Fed sebagian besar sesuai harapan dan saran bagi investor bahwa kenaikan suku bunga berikutnya akan dilakukan pada Desember.

“The Fed telah mengakui bahwa ada satu bagian dari ekonomi yang melambat sedikit, tetapi itu tidak menghalangi mereka dari langkah "kenaikan bertahap" (Suku bunga),” kata Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, Richmond, Virginia.

Dia mengatakan, tidak ada yang benar-benar menunjukkan apa yang pasar harapkan. "Bahwa akan ada sikap yang lebih dovish. Jadi saya pikir ini lebih dari apa yang kita sebut pegangan hawkish,” tambah dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya