Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan rasa duka cita yang mendalam dan menyesalkan adanya korban jiwa dalam penyelenggaraan drama kolosal Surabaya Membara.
Drama kolosal Surabaya Membara dilangsungkan guna memperingati Hari Pahlawan dan digelar di area Tugu Pahlawan. Ribuan warga Kota Surabaya yang ingin menyaksikan harus berdesak-desakan hingga rela naik ke viaduk atau jembatan kereta api.
Ironisnya pada saat yang sama, kereta api melintas sehingga belasan orang terjatuh dari atas viaduk. Akibat kejadian ini, 3 orang meninggal dan 11 mengalami luka. Tiga penonton tersebut meninggal akibat jatuh dari jembatan viaduk dan terlindas kereta.
Baca Juga
Advertisement
"Saya menyampaikan rasa duka cita yang mendalam terkait tragedi yang terjadi di Surabaya. Kami sangat menyesalkan terjadinya kejadian ini,” ujar Budi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (10/11/2018).
Terhadap korban tewas tragedi viaduk Surabaya, lanjut Budi, Kementerian Perhubungan akan memberikan santunan kepada keluarga korban. Namun dia berharap hal seperti ini tidak lagi terulang.
“Untuk korban yang wafat, kami dari Kementerian Perhubungan akan memberi santunan kepada keluarganya. Karena ini kan tragedi kemanusiaan dan tentunya hal ini tidak diinginkan oleh siapa pun,” tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Erika Meninggal Setelah Terlepas dari Genggaman Ibunya di Viaduk Surabaya
Sahluki tak kuasa menahan sedih dan tiada henti melantunkan kalimat tauhid tatkala putrinya yang masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar itu, dipindahkan dari kamar jenazah RSUD Dr Soetomo Surabaya ke mobil ambulans usai tragedi drama kolosal di viaduk Surabaya. Putrinya, Erikawati mengembuskan napas terakhir kalinya setelah terjatuh dari viaduk karena terlepas dari genggaman ibunya saat menonton Surabaya Membara.
Pria tersebut pun menceritakan tentang kejadian saat itu. Dia menuturkan, banyak orang yang menonton Surabaya Membara dari viaduk rel kereta api di Jalan Pahlawan Surabaya.
BACA JUGA
Tiba-tiba, penonton drama kolosal di viaduk panik karena melihat kereta api datang. Masing-masing orang ingin menyelematkan diri. "Di tengah kerumunan orang yang panik, putri saya terlepas dari genggaman ibunya," kenang Sahluki.
Dia bersama istrinya, Liana, lantas terjatuh dari viaduk sempit setinggi 6 meter, karena terdorong para penonton lain yang ingin menyelamatkan diri. Tentunya, tanpa tahu di mana keberadaan sang buah hati ketika tragedi drama kolosal viaduk terjadi.
"Istri saya sekarang dirawat di Rumah Sakit Primasatya Husada Citra (PHC) Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, karena ada bagian tulang di tubuhnya yang patah," ujar Sahluki seperti dilansir Antara.
Advertisement